Kenapa Prabowo tak Bisa Lepas dari Jokowi?

Momen pertemuan kangen-kangenan antara Jokowi dan Prabowo di Solo (foto: dok Setpres)

SEJAK resmi menjabat presiden pada 21 Oktober 2024, Prabowo Subianto terkesan tidak bisa berkutik dari pengaruh dan dominasi mantan presiden Joko Widodo (Jokowi). Ibarat pasangan yang sedang “kasmaran”, keduanya selalu berusaha untuk bisa bertemu.

Pola hubungan antara mantan presiden dan penggantinya yang unik seperti itu, mungkin, hanya dimiliki Prabowo dan Jokowi. Tidak ada di negara lain di dunia. 

Kenapa?

Iklan

Karena presiden baru akan sibuk menjalankan kontrak politik dengan rakyat seperti disampaikan dalam kampanye. Demikian pula mantan presiden, sudah menuntaskan seluruh tanggung jawab sebelum meninggalkan kursi kekuasaan. Sudah pula dilaksanakan serah terima jabatan, sehingga tidak perlu ada semacam “arahan” terus-menerus.

Dari rekaman media, setidaknya, ada tiga kali pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi sejak Prabowo resmi menjabat presiden hingga Januari 2025. Pertemuan pertama terjadi 12 hari usai pelantikan presiden, yakni pada Minggu 3 November 2024.

Pada pertemua pertama, Prabowo yang mendatangi Jokowi ke Solo, Jawa Tengah.
Pertemuan itu, disebut, sebagai silaturahmi biasa karena Prabowo memang pernah berjanji akan menengok Jokowi setelah berdiam di Solo. “Beliau memenuhi janjinya dan (melihat) bagaimana kegiatan pak Jokowi selama di Solo,” kata Ahmad Muzani, Sekretaris Jenderal Gerindra di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/11/2024).

“Silaturahmi biasa” antara keduanya terjadi lagi sebulan kemudian, tepatnya pada Jumat 6 Desember 2024. Kali ini, Jokowi yang menemui Prabowo di kediaman mantan Menteri Pertahanan tersebut di Jalan Kertanegara, Jakarta.

Prabowo mengatakan pertemuan itu dilakukan sembari makan malam. Sementara Jokowi menyebut kunjungan itu adalah balasan kunjungan Prabowo beberapa waktu lalu ke kediamannya di Solo. 
Jokowi juga mengaku kangen. “Beliau Bapak Presiden, dulu waktu ke Merauke kan kemudian mampir ke Solo. Ini saya pas ke Jakarta, kayak kunjungan balasan. Karena kangen,” kata Jokowi saat itu.

Jokowi-Prabowo kembali bertemu dalam momen resepsi pernikahan anak dari Akbar Tandjung, yakni Sekar Krisnauli Tandjung, Minggu 12 Januari 2025. Saat itu, kata Jokowi, mereka sama sekali tidak berbicara politik.

Menurut mantan kader PDIP itu, politik tidak patut dibicarakan dalam acara resepsi pernikahan. “Enggak (bicara politik). Di keramaian, ya … bicara mengenai mantenan,” kata Jokowi. 

Pengaruh Jokowi

Seperti diketahui, Jokowi pada akhirnya mendukung all out Prabowo pada Pilpres 2024. Jokowi pun punya alasan pribadi kenapa harus mati-matian memenangkan Prabowo, karena faktor posisi anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai wakil presiden.

Kerja keras Jokowi akhirnya berhasil memenangkan Pilpres 2024 lalu. Mereka berhasil mengalahkan pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud MD.

Mengutip keterangan Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro di laman CNN Indonesia, Selasa (14/1/2025), intensitas pertemuan Prabowo dan Jokowi, belakangan, menandakan pengaruh mantan wali kota Solo itu masih ada walaupun tak lagi menjabat presiden.

Menurut Agung, mantan Presiden Jokowi masih memiliki pengaruh politik karena Gibran yang menjabat wapres serta para menteri-menterinya yang masih berada di pemerintahan Prabowo.

Kata dia, selagi mereka masih eksis, masih berada di kursi menteri, otomatis pengaruh Jokowi masih ada. “Apalagi kalau Kapolrinya, KPK-nya, Jaksanya itu masih orang-orang yang sama di masa pemerintahnya Pak Jokowi, ya semua ya enggak ada yang berubah sebenarnya,” kata Agung kepada CNNIndonesia.com.

Agung mengatakan, belum ada perubahan di Indonesia. “Yang berubah adalah presidennya yang sudah diganti, tapi pengaruhnya masih,” tambahnya.

Ia juga mengatakan, intensitas pertemuan Jokowi-Prabowo menandakan relasi politik keduanya masih baik-baik saja dan harmonis meski ada pelbagai gejolak politik belakangan ini. Pertemuan keduanya, disebut, menjadi simbol jika Jokowi masih memiliki kekuatan politik meski sudah dipecat dari PDIP.

Meskipun keduanya membantah bicara politik, seperti halnya publik, Agus pun mengungkapkan hal yang sama. “Ya secara elektoral suka atau tidak memang ketika keduanya bertemu mestilah ada kepentingan politik yang strategis dan dibicarakan, ya,” ujarnya.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *