KabarAktual.id – Merasa frustrasi melihat kondisi kehidupan di Indonesia, sejumlah anak muda memilih kabur dari Tanah Air. Mereka memilih hidup di luar negeri dan tak mau kembali. Kemudian, memunculkan tagar #KaburAjaDulu.
Berdasarkan pelacakan yang dilakukan lembaga pemantau media sosial Drone Emprit, tren percakapan #KaburAjaDulu mulai digaungkan di platform media sosial X sejak Januari 2025. Akun @amourXexa mulai mencuitkan tagar itu pada 8 Januari 2025.
Tagar #KaburAjaD baru viral saat akun @hrdbacot mulai mencuitkannya pada 14 Januari dan @berlianidris pada 6 Februari.
Menurut pemantauan Drone Emprit, tagar itu adalah reaksi warganet menghadapi isu-isu terkini, seperti kondisi ekonomi, kualitas hidup yang menurun, juga hal-hal terkait kebijakan pemerintah.
Tagar #KaburAjaDulu digunakan untuk membicarakan motivasi pindah keluar negeri, informasi lowongan kerja, juga kiat-kiat pindah keluar negeri.
Dari hasil pengamatan ini terlihat, bahwa tagar itu dipopulerkan oleh kelompok usia 19-29 tahun. Jumlahnya mencapai 50,8%.
Tagar ini juga, lebih jauh, sempat dilacak oleh Drone Emprit muncul pada setidaknya September 2023.
Dalam cuitannya, pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi menyebut, kala itu, pihak yang meramaikan tagar tersebut adalah “circle tech bro“, atau kelompok para pemrogram.
Reaksi atas ketidakpastian
Sosiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sujito, menyebut, narasi berisi ajakan keluar negeri ini merupakan cermin kebingungan publik atas kondisi terkini di tanah air. Masalah sosial, politik, dan ekonomi yang mengemuka belakangan ini membuat warga bingung.
Arie mencontohkan kebijakan pemerintah mencabut pembatasan distribusi gas elpiji 3 kg yang dilakukan secara tiba-tiba, masalah kepastian hukum, seperti pada kasus pagar laut, juga masalah pemangkasan anggaran pemerintahan yang mencuat di publik. “Ada perubahan-perubahan kebijakan di level negara yang membuat uncertainty,” kata Arie.
Menurut Arie, permasalahan ini perlu dipandang serius oleh pemerintah. Arie tak mempermasalahkan kelompok kelas menengah yang hendak keluar negeri, yang menurutnya, memiliki lebih banyak pilihan dalam hidup.
Ia menitikberatkan nasib kelompok kelas ke bawah. “Rakyat yang tidak sempat punya banyak pilihan, itu yang berisiko memiliki kerentanan kalau negara ini enggak berubah,” kata Arie.
Menurut seorang pengamat lainnya, kondisi yang terjadi di Indonesia belakangan lebih mirip penyanderaan secara halus. Masyarakat dipaksa berada dalam situasi terpenjara, sementara semua regulasi yang dibuat pemerintah membuat rakyat sulit menjalankan usaha.
Sumber ini mengatakan, pemerintah terlalu banyak basa-basi. Kalau pun ada statemen yang menyerukan agar rakyat tidak terpengaruh dengan tagar #KaburAjaDulu, itu tidak lebih sekedar pencitraan agar tidak kehilangan muka di mata internasional. “Sesungguhnya di dalam negeri, kebijakan mereka justeru menyengsarakan,” ucapnya.[]