News  

Mualem Ditantang, 500 Kendaraan Akan Hadang Tim Penertiban Tambang di Nagan Raya

Rapat membahas rencana aksi masyarakat menyambut tim penertiban tambang yang dibentuk Pemerintah Aceh (foto: Ist)

KabarAktual.id – Rencana Gubernur Aceh Muzakir Manaf menertibkan tambang emas ilegal di Aceh, kemungkinkan, tidak akan berjalan mulus. Sebagian masyarakat Kabupaten Nagan Raya menentang rencana tersebut. “Kami tidak setuju beko (excavator) dikeluarkan (dari hutan). Kalau dikeluarkan, ditarik Capella (perusahaan alat berat),” ujar Wahyuddin kepada KabarAktual.id, Rabu (1/10/2025).

Dihubungi via sambungan telepon, pemuda Beutong Ateuh itu mengatakan, bahwa yang menambang emas di Nagan Raya sekarang adalah masyarakat. Mereka baru saja mengambil kredit bank untuk membeli excavator (beko). “Pat setuju. Beko ban dicok kredit ka meureutoh di Nagan (mana setuju. Beko berjumlah ratusan unit baru dibeli secara kredit),” beber Wahyuddin.

Kalau beko dikeluarkan dari hutan, kata dia, berarti akan diambil (disita) oleh Capella. “Daripada diambil, lebih baik kami mempertahankan hak, lebih baik kami melanjutkan pekerjaan (menambang),” sambung Wahyudin.

Baca juga: Ultimatum Mualem dan Taruhan Kewibawaan Gubernur

Menurut penjelasan Wahyuddin, masyarakat sudah melakukan pertemuan tadi malam, Selasa (30/9/2025), guna membahas rencana Pemerintah Aceh menertibkan tambang. “Ada empat titik lokasi rapat tadi malam,” sambungnya.

Dia menambahkan, salah satu hal yang diputuskan dalam rapat bahwa masyarakat tidak setuju rencana Gubernur Muzakir Manaf alias Mualem mengusir beko mereka dari hutan. Masyarakat Nagan Raya, kata Wahyuddin, sangat bergantung hidup dari tambang emas meskipun itu tanpa izin.

Baca juga: Uang Keamanan Excavator Rp 360 Miliar Per Tahun, Mualem Usir Semua Penambang Ilegal dari Hutan Aceh

Karena itu, tegas warga Beutong Ateuh ini, masyarakat siap menunggu kedatangan tim gabungan Pemerintah Aceh yang kabarnya akan turun ke sana pada tanggal 5 Oktober 2025 untuk menutup tambang emas ilegal.

Laki-laki yang biasa disapa Wahyu Beutong itu menilai sikap Mualem dan Pansus DPRA terkesan tidak mau peduli apa yang menjadi kebutuhan rakyat dan hanya melihat persoalan tambang dari satu sisi saja. “Seharusnya pemerintah Aceh dan wakil rakyat bersikap lebih bijak terhadap nasib rakyat dalam membuat kebijakan,” kata Wahyudin.

Dia mengingatkan, tambang emas itu sudah sangat membantu ekonomi masyarakat Nagan Raya. Sejak mengelola tambang emas, lanjutnya, rakyat sudah bisa memperbaiki ekonominya, bisa menghidupi keluarga, bahkan eks kombatan bisa membiayai pendidikan anak-anak mereka hingga ke luar negeri. “Masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan uang dari hasil tambang emas tersebut,” kata Wahyuddin.

Dia menjelaskan, satu unit excavator bisa menampung puluhan tenaga kerja. “Kalau kita hitung orang yang mendulang maka ratusan orang terbantu bekerja mencari nafkah,” ungkapnya lagi.

Menurut Wahyuddin, mereka dan para kombatan yang selama ini beraktivitas di tambang emas rakyat di Beutong sangat serius menyikapi rencana Mualem. Karena itulah mereka berkumpul berdiskusi tentang nasib mereka ke depan, karena tambang yang mereka kerjakan hendak ditutup. “Jika ditutup oleh pemerintah tanpa pertimbangan, bisa menimbulkan dampak krisis baru bagi ekonomi rakyat kecil,” ucap Wahyuddin.

Dia juga menjelaskan bahwa aktivitas tambang mereka kerjakan di atas lahan milik masyarakat, tidak menggunakan bahan berbahaya seperti jenis mercury atau sianida. “Lokasi yang kami ekplorasi setelah selesai kami tutup kembali. Dimana rusaknya lingkungan?” tanya seorang penambang di Ulee Jalan seperti diungkapkan Wahyuddin.

Dia menambahkan, bahwa masyarakat juga tidak masalah jika Mualem menutup tambang dengan alasan penertiban serta akan melakukan penataan ulang, tetapi sebelum itu dilakukan siapkan dulu lapangan kerja baru buat masyarakat. “Agar kami tidak menganggur. Kalau banyak pengangguran kriminal akan bertambah di lingkungan masyarakat,” tukas seorang warga Seunagan Timur.

Karena itu, Wahyuddin dan warga lainnya mengingatkan pihak terkait agar juga melihat sisi positif dari aktivitas tambang emas yang dituding liar tersebut. Pemerintah, lanjutnya, hanya melihat satu sudut pandang ketika berencana menghentikan aktivitas tambang emas rakyat. “Jangan lupa, ada puluhan ribu manusia menggantungkan hidup dari hasil tambang emas tersebut, termasuk mantan kombatan,” imbuhnya.

Bicara atas nama warga di sana, dia meminta kepada Gubernur Muzakir Manaf agar mempertimbangkan kembali ultimatumnya. Tim Pansus DPRA juga diminta agar mencabut laporan mereka karena bisa berdampak buruk terhadap aktivitas tambang emas rakyat.

Mewakili masyarakat yang bergantung hidup dari aktivitas tambang emas, ia menyatakan, bahwa rakyat siap menunggu kehadiran tim penetiban tambang emas. “Sekitar 500 kendaraan kami siagakan, baik roda empat maupun roda dua, guna menyambut tim penertiban tambang emas,” sambung Wahyu Beutong.

Mereka berharap Kapolda Aceh hingga Kapolri selaku aparat penegak hukum (APH) agar bijak menyikapi permasalahan tambang emas masyarakat karena akan berdampak pada kebutuhan sejengkal perut masyarakat.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *