News  

Dengan Dana Pendidikan Rp 3,5 Triliun, Hanya 4 Sekolah Aceh Masuk Daftar TOP 1000

Dr Samsuardi (foto: repro)

KabarAktual.id – Selesai sudah debat kusir soal mutu pendidikan Aceh. Pengumuman resmi Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) membantah dengan tegas klaim ranking 1 yang selama ini disuarakan dengan lantang oleh pihak tertentu. Ternyata, kualitas SMA/SMK daerah ini memang masih payah.

LTMPT mengumumkan TOP 1000 Sekolah Menengah Atas tahun 2022 berdasarkan nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Dalam pengumuman tersebut tidak ada SMA, SMK dan MA di Aceh yang masuk 100 besar sebagai sekolah terbaik nasional. 

Rilis LTMPT memperlihatkan, hanya terdapat empat Sekolah Menengah Atas di Aceh yang masuk Top 1000. Itu pun di peringkat di atas 100. SMAN Modal Bangsa menduduki peringkat 157 dengan nilai UTBK 565,451, SMAN Fajar Harapan Banda Aceh peringkat 434 dengan nilai 536,130, SMAS Lab School posisi 933 dengan skor UTBK 515,138, serta MA Insan Cendekia Aceh Timur di posisi 378 dengan nilai 540,132.

Mengetahui fakta tersebut, Ketua Lembaga Pemantau Pendidikan Aceh (LP2A) Dr Samsuardi menyatakan tidak terkejut lagi. Karena, berdasarkan publikasi hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2020, 2021 dan 2022, Aceh juga selalu setia berada di level terbawah dengan skor nilai rata-rata siswa di kisaran 446.7 point di bawah rata-rata nasional. Bahkan, di bawah provinsi Papua.

Menurut Dr Sam — sapaan akademisi ini  —  terpuruknya pendidikan Aceh tidak lepas dari kurangnya komitmen kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh dalam mempriotritaskan kebijakan anggaran pada perbaikan mutu. Jika mengkaji hasil publikasi data Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Pendidikan Aceh (LAKIP) tahun 2021, kata dia, publik pasti tercengang dengan besarnya anggaran yang dikelola Disdik Aceh tahun 2021 yang mencapai 3,562 triliunan.

Ia menyayangkan, anggaran yang besar ini penggunaannya tidak tepat sasaran. Kata Dr Sam, lebih menyasar proyek pembangunan fisik gedung sekolah, rumah dinas, mobil dinas, ruang kelas, ruang laboratorium, ruang UKS, pagar sekolah, kantin, penataan taman serta proyek pengadaan barang lainnya. “Tidak ada kebijakan ekstrem yang berdampak signifikan yang memprioritaskan pada perbaikan mutu pendidikan Aceh,” ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, adalah hal yang sangat wajar jika hasilnya hanya 4 sekolah di Aceh yang masuk dalam Top 1000 sekolah terbaik nasional. Jika diteliti lagi, kata Dr Sam, sebenarnya hanya dua sekolah. Karena yang dua lagi merupakan sekolah di bawah binaan Kemenag dan di bawah pengelolaan Unisveritas Syiah Kuala. “Jadi, praktis hanya 2 sekolah yang dikelola dengan anggaran Disdik yang masuk,” ujarnya.

Menyinggung gencarnya klaim kepala Disdik Aceh selama ini yang menyebut tingginya pesertase kelulusan pada SBMPTN pada tahun 2021 dan 2022, Dr Sam menegaskan, itu hanyalah kerja pencitraan untuk menutupi kegagalan Kadisdik Aceh saat ini.

Bagi dia sebagai peneliti, klaim Kadisdik Aceh itu dinilai lebih kepada penyesatan informasi dan hal ini pun sudah pernah dibantah melalui sebuah artikel pada sebuah media lokal baru-baru ini. “Jadi, pencitraan adalah satu-satunya cara Kadisdik Aceh untuk menutupi kegagalannya selama ini dengan merekayasa tafsiran kelulusan SBMPTN tahun 2021 dan 2022. Seolah-olah telah terjadi perbaikan mutu pendidikan Aceh,” ujarnya.

Samsuardi mengemukakan, rilis LTMPT telah mematahkan klaim Kadisdik tersebut. Logikanya, kata Dr Sam, tidak mungkin terjadi perbaikan mutu pendidikan Aceh jika hanya 4 sekolah yang masuk nominasi Top 1000.

Dia melanjutkan, beberapa hari lalu, Kadisdik Aceh juga gencar membranding seolah Disdik Aceh telah berhasil menoreh prestasi dengan sukses mengirim peserta terbanyak mendaftar di ajang Kuis Kihajar nasional. Yang dibanggakan Kadisdik, kata Dr Sam, harusnya adalah prestasi juara yang diraih siswa nantinya. “Bukan pada pencitraan klaim team terbanyak,” tandasnya.

Idealnya, menurut Pak Sam, seorang pejabat publik tidak sibuk bising kerja pencitraan, melainkan kerja nyata dengan karya monumental sehingga terkesan gila pujian. “Style kepemimpinan Kadisdik Aceh selama ini kita asumsikan sebagai kerja penuh kepalsuan,” kata Dr Sam.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *