KabarAktual.id – Koordinator Pemenangan Mualem-Dek Fadh Lhokseumawe, Cut Farah, mengungkapkan, pola “kudeta” kebijakan Gubernur Muzakir Manaf (Mualem) terulang lagi. Setelah “insiden” penunjukan Plt Sekda Alhudri, pola yang sama diterapkan lagi untuk Dirut PT PEMA.
Melansir pernyataannya di sebuah media online, Cut Farah dengan tegas mengatakan, bahwa oknum yang menyerobot kewenangan gubernur masih tetap orang yang sama. Seperti dibongkar oleh Ketua DPRA Zulfadhli pada rapat paripurna dewan, Jumat (21/2/2025), terkait proses pembuatan SK penunjukan Alhudri sebagai Plt Sekda, orang yang sama kembali mengulangi perbuatannya.
Tim sukses Mualem-Dek Fadh ini mula-mula menyampaikan sinyalemen lewat status di akun Facebook-nya.
“Disinyalir, ketua PEMA anak kuman Tgk Petak Ôek, kali nyo meunye galom abeh syiara tgk nyan, hana sapu teh, gub jeut mualem, yg ato kana tgk petak ôek (Disinyalir, ketua PEMA keponakan tgk Petak Ôek, kali ini kalau belum semua saudara tgk itu, tidak dapat apa-apa, gubernur boleh Mualem, tetapi yang mengatur ya tgk Petak Ôek),” tulisnya.
Saat dikonfirmasi wartawan terkait sosok “tgk petak oek” yang disebutkannya, Kak Cut — sapaan wanita ini — menyebutkan nama yang pernah disampaikan oleh ketua DPR Aceh Zulfadhli saat paripurna DPR Aceh, Jumat (21/2/2025).
Seperti tersiar luas, saat itu, Zulfadhli dengan lantang mengatakan, bahwa Wagub Fadhlullah dan Irsyadi sebagai dua sosok yang berada di belakang proses pembuatan SK penunjukan Plt Sekda Alhudri.
Sambil memperlihatkan foto SK Plt Sekda di layar monitor yang ada di ruang paripurna, Zulfadhli membeberkan bahwa surat yang disiapkan oleh dua kader Gerindra Aceh tersebut mengandung banyak kesalahan, sehingga disebut cacat hukum. Karenanya, ketua DPRA mengatakan dengan tegas, waktu itu, bahwa penunjukan Alhudri sebagai Plt Sekda batal demi hukum.
Ketegangan itu cepat diredam. Dua hari kemudian, Senin 24 Februari 2025, sejumlah tokoh berhasil mendamaikan Ketua DPRA dan Wagub di kediaman Sekjen Partai Aceh Kamaruddin Abubakar alias Abu Razak. Ada dugaan, pilihan itu terpaksa diambil demi menjaga “stabilitas politik” dan marwah Mualem yang telah terlanjur menandatangani SK penunjukan Alhudri.
Seperti dikemukakan Cut Farah, kedua elit Aceh ini sepakat untuk mengakhiri polemik dengan sebuah komitmen bahwa ke depan akan saling koordinasi, menjaga Mualem, dan memperjelas tupoksi Gubernur dan Wakil Gubernur. “Sehingga tidak kreuh ban keu ngon ban likot (tidak mendahului). Begitu harapan ketua DPRA,” ujarnya.
Ternyata, menurut Cut Farah, Tgk Petak Ok belum puas setelah berhasil mengangkat Alhudri sebagai Plt Sekda. “Disinyalir Tgk Petak Oek mempengaruhi Mualem lagi untuk menandatangani SK pengangkatan keponakannya, Mawardi Nur, menjadi Dirut PEMA,” kata timses Mualem ini.
Menurut wanita ini, berita tersebut telah menjadi rahasia umum sejak SK itu diteken pada 28 Februari 2025. Sejauh ini belum berani dikeluarkan, kata dia, mungkin untuk melakukan check sound. “Ada penolakan atau tidak, sehingga sampai hari ini belum bisa dilantik,” sambungnya.
Cut Farah menambahkan, bahwa protes keras ketua DPRA terkait SK Plt Sekda Alhudri membuka dalang siapa yang memainkan SK pergantian Dirut PEMA. “Apa yang diprotes memiliki dasar dan alasan yang kuat,” tegas Cut Farah.
Juru Bicara Mualem-Dek Fadh Pusat, Teuku Kamaruzzaman, sudah dicoba mintai penjelasannya terkait pernyataan Cut Farah, Senin (3/3/2025) malam. Hingga artikel ini tayang, sosok yang biasa disapa Ampon Man itu belum memberikan komentar.[]