KabarAktual.id – Aktivis LSM Syakya Meirizal mempertanyakan kebijakan komite SMAN Modal Bangsa (Mosa), Aceh Besar, yang mengutip sumbangan hingga Rp 15 juta per siswa. Jumlah itu berbeda jauh dibanding SMAN Fajar Harapan Banda Aceh yang sama-sama berada di bawah Disdik Aceh.
Koordinator Masyarakat Pengawal Otsus (MPO) Aceh itu menulis di akun Facebok-nya, Senin (30/1/2023), SMA Fajar Harapan menetapkan uang komite Rp 8 juta, lengkap dengan rinciannya. “SMA Modal Bangsa Rp 15 juta, tanpa ada rincian penggunaannya (tidak transparan). Padahal sama-sama sekolah berasrama (boarding school),” tulis Syakya dalam cuitannya seperti dikutip KabarAktual.id, Selasa (31/1/2022).
Bukan hanya soal selisih besaran kutipan antara dua sekolah yang sama-sama berada di bawah satu manajemen Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh, disebut-sebut, kedua sekolah unggul itu juga menerima kucuran dana miliaran rupiah yang bersumber dari APBA setiap tahun.
Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Aceh, Hamdani, yang dikonfirmasi media ini via telepon, Selasa (31/1/2022), menerangkan, bahwa soal pengutipan dana di SMAN Modal Bangsa sudah ada penjelasan dari kepala sekolah. “Coba tanya kepala sekolah ya,” pinta Hamdani.
Ketika didesak soal pengutipan itu, Hamdani membenarkanya. “Itu sudah ada perincian masing-masing,” ujarnya sambil menambahkan bahwa kutipan itu telah diputuskan melalui rapat komite. “Ada tanya-jawab dengan komite. Pada kuncinya, bukan suatu keterpaksaan. Ada kesepakatan. Ada hadir wali siswa,” ucap Hamdani.
Kemudian, dia meminta media ini berbicara dengan Kepala SMAN Modal Bangsa, Misra, yang kebetulan sedang berada di ruang kerjanya. “Ini, silakan ditanya kepala sekolah,” ujar Hamdani sembari meminjamkan perangkat handphone-nya kepada kepala SMAN Modal Bangsa.
Senada dengan Kabid Pembinaan SMA, kepsek SMA Mosa mengatakan, kutipan itu dilakukan oleh komite. Menurut dia, inisiatif itu datang dari komite. “Saya diundang untuk mendampingi,” kata mantan kepala SMA Unggul Ali Hasymi ini.
Kemudian, Misra menjelaskan latar belakang munculnya ide pengutipan uang komite sebesar Rp 15 juta di sekolahnya. Penyebabnya, kata kepsek ini, karena alokasi anggaran yang bersumber dari dana BOS tidak mencukupi.
Ia, lalu, menambahkan bahwa ada aturan pemerintah yang memungkin untuk itu, misalnya BOS boarding. Kenapa SMAN Modal Bangsa butuh tambahan dana di luar dana BOS yang disediakan pemerintah Pusat, kata Misra, karena sekolah yang dimpimpinnya memiliki kegiatan di sore hari, “Karena aktivitas sekolah kita berlangsung dari pukul 14.00 sampai pukul 21.00 malam,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan tentang pogram khusus (prosus) sekolah yang dimulai pukul 14.00 sampai pukul 17.00. Kegiatan sore hari, kata Misra, diisi dengan pemantapan atau remedial pelajaran-pelajaran khusus, pemantapan pelajaran yang di-UTBK-kan. “Yang akan dites masuk Perguruan Tinggi,” paparnya.
Pada malam hari, sambung Misra, anak-anak Mosa diikutkan pengajian atau kegiatan keagamaan. Untuk kegiatan ini, menurut kepsek, pihaknya mendatangkan teungku-teungku pesantren yang ada di sekitar lingkungan sekolah. “Jumlah guru agama ini sampai 18 orang per satu malam. Mereka mengajarkan Tahfidz, Tauhid, Fiqih, Tajiwid. Mereka harus dibayar. Anggarannya tidak dibantu Dinas,” terang Misra.
Ia membantah pernyataan yang menyebut kutipan yang dilakukan tanpa adanya rincian. “Mungkin yang bilang tidak ikut rapat. Ada rinciannya. Untuk honor berapa, untuk kegiatan berapa,” ujarnya.
Meski di awal Kepsek Mosa menjelaskan, bahwa inisiatif pengutipan dana datang dari komite, dia mengatakan bahwa sebesar Rp 2 juta dari total kutipan akan digunakan pihaknya untuk keperluan tanggap darurat.
Kenapa dibutuhkan dana tanggap darurat, dijelaskan, akibat beberapa ruang asrama sekolah terbakar baru-baru ini. Ia mengaku sudah mengusulkan ke Dinas untuk pembangunan kembali fasilitas tersebut. “Katanya akan dibangun dalam waktu dekat. Tapi, tidak tahu kapan. Sementara anak-anak tidak ada tempat tidur, tidak ada asrama. Gimana solusinya,” tanya Misra.
Karena itu, pihaknya berinisiatif memanfaatkan Rp 2 juta dari uang komite untuk membangun asrama sederhana, sesuai dengan kemampuan dana yang bersumber dari bantuan masyarakat. “Kalau tunggu dana pemerintah bisa lama. Dana pemerintah ada prosedur,” ucapnya.
Dia menargetkan, pembangunan arsama darurat itu akan dimulai pada bulan Maret. “Bulan 3 dibangun, bulan 6 selesai. Anak-anak masuk nanti sudah ada tempat tidur,” kata Misra.
Kepala SMA Mosa itu meminta orang tua siswa yang merasa berat untuk melunasi uang komite bisa menyicilnya satu hingga tiga kali bayar. “Apa bila ada orang tua siswa yang merasa berat, bisa nyicil 1 sampai 3 kali. Tapi, lapor ke komite,” pungkasnya.[KA/11]