News  

Peni dan “Kota”: Tentang Patah Hati yang Tidak Selalu Bernama Cinta

Miskiyah Bagus (foto: @miskiyah_/)

ADA banyak cara merayakan patah hati. Tapi bagi Peni, band asal Malang yang baru seumur jagung, patah hati bukan lagi soal kehilangan seseorang — melainkan kehilangan arah di tengah hiruk-pikuk kota.

Lewat single terbarunya, “Kota”, mereka menulis puisi tentang kebingungan modern, tentang rasa sesak yang muncul di antara beton, lampu jalan, dan ekspektasi yang terlalu banyak.

Setelah “Allegori” dan “Gejolak Asmara Muda”, “Kota” terasa seperti bab baru dari perjalanan batin Peni — tetap reflektif, tapi dibungkus dalam nada-nada yang fun dan ringan, seolah mengajak kita menari di atas keresahan. Lagu ini seperti mengajarkan bahwa tidak semua kehilangan harus murung; sebagian justru bisa kita rayakan dengan irama.

Di bawah naungan Haum Entertainment, Peni bergerak cepat. Dalam waktu kurang dari setahun, mereka sudah merilis tiga single — sebuah pencapaian yang jarang ditempuh band baru. Meski para personelnya terpencar di berbagai kota dan punya pekerjaan masing-masing, mereka menemukan ritme yang sama: efisiensi, dedikasi, dan satu bahan bakar utama — passion. “Yang paling penting itu tetap passion. Kami semua punya kesibukan, tapi musik adalah rumah yang selalu kami pulangin,” kata Ken Baruna, sang produser sekaligus otak kreatif di balik Peni.

Single “Kota” diproduksi oleh Ken Baruna dan direkam di Rama Project Studio, dengan Benny K Wijaya sebagai sound engineer. Mixing dan mastering juga dikerjakan di studio yang sama oleh Rama Satria M. Dari lirik, komposisi, hingga desain sampul — semuanya dikerjakan secara mandiri, seolah menegaskan kemandirian adalah napas Peni.

Ke depan, band ini tengah menyiapkan EP (Extended Play) yang rencananya dirilis awal tahun depan. Tema besar yang mereka usung tetap sama: tentang kekalahan, tentang jatuh dan bangkit lagi — dengan nada yang jujur dan tanpa basa-basi. Untuk para pendengar yang menantikan tur, Peni meminta sedikit kesabaran; mereka sedang menyiapkan sesuatu yang lebih matang.

Kini, “Kota” sudah bisa dinikmati di semua platform musik digital — Spotify, Apple Music, YouTube, dan lain-lain — mulai 10 November 2025.Sebuah lagu yang mungkin tak akan membuatmu menangis, tapi bisa membuatmu berhenti sejenak, menatap jendela, dan bertanya: apakah yang membuatku letih adalah kota, atau diriku sendiri?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *