News  

Truk China Banjiri Indonesia, Industri Karoseri Terancam Gulung Tikar

Truk built-up impor asal China (foto: CNBC Indonesia)

KabarAktual.id – Industri karoseri Tanah Air sedang mengalami pukulan hebat akibat maraknya impor utuh (completely built-up/CBU) truk asal China. Hal itu menekan produksi dalam negeri dan berdampak pada PHK puluhan ribu tenaga kerja lokal.

Melansir data General Administration of Customs of The People’s Republic of China (GACC), jumlah truk impor utuh dari Tiongkok mencapai 13.669 unit pada tahun 2024. Jumlah itu melampaui angka produksi rata-rata perusahaan karoseri lokal yang berkisar 200-300 unit/bulan.

Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), Sommy Lumajeng, mengatakan, membanjirnya impor truk China sangat memukul pengusaha dalam negeri. “Ada 13.000 unit impor sebenarnya itu kan pasar kami,” ujarnya dilansir CNBC Indonesia, Kamis (25/9/2025).

Baca juga: Kontroversi Perlakuan China terhadap Muslim Uighur

Menurut dia, kalau pasokan sebanyak itu dikerjakan industri dalam negeri maka dampak ekonominya bisa menyentuh ratusan ribu orang tenaga kerja. “Satu perusahaan ada yang produksi kira-kira 200-300 unit/bulan, itu aja karyawannya 2.000 pekerja. Karena Karoseri padat karya,” kata Sommy.

Dia menambahkan, impor 13.000 unit kendaraan CBU merupakan ancaman langsung terhadap pasar industri karoseri lokal. Pasar yang seharusnya dikerjakan oleh tenaga kerja dalam negeri kini justru hilang begitu saja. “Yang harusnya bekerja tapi akhirnya menganggur karena nggak ada kerjaan,” ujar Sommy.

Baca juga: Kesimpulan Terbaru CIA, Covid-19 Bersumber dari Kebocoran Lab China

Fenomena itu, kata dia, berimbas secara langsung terhadap industri karoseri dalam negeri. Banyak perusahaan karoseri di berbagai daerah sudah mulai mengurangi aktivitas produksi secara signifikan.

Ia memprediksi, bakal banyak yang kena PHK. Dan itu bisa sangat massif lantaran perusahaan karoseri mempekerjakan karyawan dalam jumlah banyak.

Kata dia, total di Indonesia sekitar 500 lebih yang ter-capture. “Kalau yang terdaftar di kementerian itu mungkin sekitar 600-700 karoseri. Tentunya itu ada besar-kecil,” kata Sommy.

Dia menjelaskan, meski tidak semua pekerja karoseri berstatus karyawan tetap, dampaknya tetap terasa karena sistem kerja borongan yang menjadi mayoritas. Para pekerja hanya dipanggil saat ada proyek, hilangnya pasar akibat impor ini bisa berdampak pada puluhan ribu pekerja yang kehilangan potensi pekerjaan.

Dikatakan, major business-nya karoseri itu karyawan dengan pola kebanyakan sistem borong. Karena itu, nyaris tidak mengenal istilah PHK. “Maksudnya, kalau ada kerjaan kan dia dipanggil ke kerja. Kalau nggak ada kerjaan ya dia nggak ada kerjaan. Kan gitu kan,” jelasnya.[]

Sumber : CNBC Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *