KabarAktual.id – Majelis Adat Aceh (MAA) berhasil memilih ketua baru, Kamis (3/7/2025), di ruang rapat sekretariat lembaga tersebut di Banda Aceh. Para pengurus secara aklamasi memilih Prof Yusri Yusuf untuk memimpin sisa periode 2021–2026 setelah kepengurusan sempat vakum sekitar 4 tahun.
Akademisi Universitas Syiah Kuala (USK) ini sebelumnya menjabat sebagai Ketua Komisi Pembangunan Adat di lembaga yang sama. Ia juga pernah menduduki sejumlah posisi penting di birokrasi dan terlibat aktif di berbagai forum ilmiah.
Setelah mendapuk Yusri sebagai ketua antarwaktu, forum musyawarah juga menetapkan tim formatur yang akan menyusun kepengurusan lengkap MAA. Anggota majelis yang berjumlah 9 orang, kabarnya, akan dipilih dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Sebuah sumber di internal MAA mengatakan, meskipun organisasi itu tidak mengelola anggaran yang besar tapi banyak juga pihak yang mengincar posisi ketua. Molornya pemilihan ketua hingga memakan waktu 4 tahun, sebut sumber ini, diduga juga tidak terlepas dari permainan oknum tertentu yang sengaja mengulur-ulur waktu.
Informan ini menambahkan, saat berlangsungnya musyawarah “luar biasa” tadi pun masih terlihat gelagat untuk menggiring peserta musyawarah agar mengikuti “skenario” pihak tertentu. “Untung panitia tegas, sehingga pihak yang tidak punya hak memilih tidak diberi kewenangan lebih jauh,” tukasnya.
Ketua MAA terpilih Prof Yusri Yusuf yang dimintai pendapatnya terkait program kerja antarwaktu mengatakan, bahwa kepemimpinannya akan membangun kembali kekompakan pengurus. “Ini langkah pertama, baru kemudian kita melangkah ke program berikutnya,” ujar guru besar FKIP USK itu saat ditemui usai terpilih.
Selain itu, lanjutnya, ia meminta agar masing-masing wakil ketua menginventarisir program sesuai bidang. Untuk membahas berbagai permasalahan dan program kerja, ia meminta para pengurus untuk sering duduk bersama.
Menurut ketua MAA, dengan semakin intens pertemuan tentu akan semakin banyak hal yang bisa dibahas untuk seterusnya disampaikan ke masyarakat. “Sehingga secara tidak langsung publik bisa merasakan bahwa MAA masih ada,” pungkasnya.[]