KabarAktual.id – Rektor Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Samsul Rizal, mengatakan, jika APBA 2021 mengalami sisa lebih anggaran (SiLPA) melebihi tahun lalu, ini dapat diartikan, Pemerintah Aceh tidak bekerja. “Mereka hanya goyang-goyang kaki,” ujar Samsul kepada sebuah media online, Kamis (23/12/2021).
Menurut data yang berhasil dihimpun, Pemerintah Aceh tidak mampu merealisasikan APBA 2020 yang berjumlah Rp 14,4 triliun. Anggaran yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di tengah pandemi Covid-19 itu menjadi menjadi SiLPA Rp 3,96 triliun.
Guru Besar USK tersebut mengatakan, bila tahun ini jumlah SiLPA Aceh melebihi tahun 2020, berarti Pemerintah Aceh tidak bekerja untuk membangun Serambi Mekkah. Mereka hanya goyang-goyang kaki, dan jalan-jalan saja, tidak pernah serius melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara.
Baca juga: Realisasi APBA Sangat Rendah, Gubernur Harus Sanksi Kepala SKPA “Rapor Merah”
Prof Samsul Rizal menambahkan, teguran dari Mendagri kepada Pemerintah Aceh terkait uang Rp 4,4 triliun yang masih “mengendap” di bank dan berpotensi menjadi dana tidak bergerak (idle) harus menjadi early warning bagi rakyat Aceh, bahwa ada masalah serius di tataran pelaksanaan organisasi Pemerintah Aceh.
Dalam kondisi pandemi dan ekonomi Aceh yang belum tumbuh secara positif, serta di tengah ketidakpercayaan pelaku ekonomi besar, Pemerintah Aceh setidaknya harus memiliki hati nurani yang tulus.
Baca juga: Pokir Dewan Hambat Pencairan APBA?
Aceh yang masih berada di peringkat daerah termiskin di Sumatera, dengan kualitas pendidikannya yang rendah, dan pengangguran di mana-mana, membutuhkan pemimpin yang tidak sekadar pandai beretorika, tapi membutuhkan pekerja keras yang tulus.
Dikatakan, Aceh sudah sangat terpuruk. Dengan gelimang uang begitu besar, kemiskinan kita berada di peringkat pertama se Sumatera. Pendidikan di Serambi Mekkah ini juga memprihatinkan.
Samsul mengajak publik untuk mehat kualitas pendidikan SMA di sini. Nilai rata-rata hasil tes UTBK Aceh lebih rendah dari Papua. “Ini harus menjadi bahan intropeksi untuk Pemerintah Aceh,” tegasnya.
Di ujung tahun seperti ini, berharap Pemerintah Aceh dapat melakukan hal yang besar dan berdampak positif bagi 5 juta rakyat Aceh, sama halnya seperti pungguk merindukan bulan. Hanya sebuah harapan kosong.
Rektor mengatakan, rakyat hanya menunggu hasil akhir dari perjalanan Pemerintah Aceh tahun 2021 yang tinggal menghitung hari. Menurut dia, tidak perlu lagi saran dan pendapat. Kata dia, hanya perlu menunggu berapa SiLPA dari APBA tahun 2021. “Bila lebih besar, maka Pemerintah Aceh benar-benar tidak bekerja. Mereka hanya menunggu gaji bulanan dan ongkang-ongkang kaki,” ujar rektor.
Menurut Prof Samsul, kemungkinan, banyak faktor yang menjadi penyebab kondisi birokrasi Aceh seperti itu. “Tapi hal yang paling menentukan adalah kualitas kepemimpinan top leader,” ujarnya.[]