SELAIN para pendukungnya, hampir semua orang meyakini bahwa ijazah S1 Universitas Gadjah Mada milik Jokowi adalah palsu. Mereka juga percaya, bahwa data-data dan hasil kajian yang dilakukan Roy Suryo dan timnya benar dan ilmiah.
Ambil satu contoh sederhana: foto di ijazah yang menggunakan kacamata.
Semua orang tahu, aturan foto untuk ijazah — dari TK hingga perguruan tinggi — tidak memperbolehkan seseorang mengenakan kacamata. Bahkan untuk anak presiden sekalipun.
Apalagi untuk Jokowi yang pada masa itu bukan siapa-siapa. Mustahil ia berani melanggar aturan kampus hanya untuk berfoto dengan kacamata. Setiap mahasiswa paham, jika foto ijazah tidak sesuai ketentuan, pasti akan ditolak pihak kampus.
Baca juga: Arsip Membuktikan, tak Ada Nama Jokowi di Daftar Sipenmaru UGM Tahun 1980
Itu baru soal kacamata. Belum lagi soal apakah foto di ijazah itu benar wajah Jokowi muda, atau apakah ia memang pernah berkacamata di usia muda? Semua itu sebenarnya tidak perlu diperdebatkan panjang-lebar. Karena satu hal sudah final: foto ijazah tidak boleh berkacamata. Titik.
Dari situ saja, Roy Suryo dan tim sebenarnya tidak perlu bersusah payah mengumpulkan data forensik atau analisis tambahan terhadap ijazah Jokowi. Sebab hasilnya tetap akan berujung sia-sia.
Pada awalnya, kubu Roy Suryo memang tampak di atas angin. Mereka berhasil mengungkap berbagai kejanggalan dalam dokumen akademik Jokowi, termasuk skripsi yang dinilai sarat kelemahan. Namun, lama-kelamaan, semua data itu kehilangan daya. Kubu Jokowi tetap terlalu kuat. Mereka mampu meredam serangan Roy Suryo, seilmiah apa pun argumennya.
Baca juga: Rekayasa Ijazah Palsu Jokowi Lupa Menyiasati Satu Hal, tak Diduga Sefatal Ini
Kini, justru pihak yang diserang mulai menyiapkan langkah baru. Perlahan namun pasti, mereka menyusun strategi untuk mematahkan balik argumen Roy Suryo, ketika kasus ini benar-benar berlanjut ke ranah hukum.
Kemarin, Fakultas Kehutanan UGM kembali membuat reuni untuk kesekian kali. Tentu saja dihadiri Jokowi. Itu adalah sinyal penggalangan kekuatan. Mereka seperti mengirim pesan bahwa “kami kuat tak gampang dikalahkan”.
Baca juga: KPU tak Berhenti Utak-atik Data Gibran, dari “PENDIDIKAN TERAKHIR” Diubah Jadi S1
Jangan lupa juga, Jokowi memiliki sumber daya yang maha dahsyat untuk melawan tudingan ijazah palsu. Ia akan melakukan apa pun. Sebab, kalau dia kalah bukan hanya resiko malu tapi adalah bencana besar. Makanya dia harus all out dan melawannya mati-matian.
Serangan balik
Masih ingat ketika data Jokowi sempat hilang dan tak bisa diakses di laman KPU? Setelah sekian lama menolak memberikan salinan ijazah Jokowi, kini KPU justru bersedia menyerahkannya. Ini ada apa? Mereka sudah siap menghadapi kubu Roy Suryo di “medan pertempuran” berikutnya.
Namun, perhatikan baik-baik: mengapa ada bagian dari salinan ijazah yang ditutupi? Patut diduga, langkah itu adalah bagian dari strategi untuk menyerang balik dan membungkam Roy Suryo di pengadilan nanti.
Di titik ini, Roy Suryo dan tim tampak tergesa dan terlalu bersemangat mengumbar data ke publik. Padahal, dalam strategi komunikasi maupun hukum, tak semua informasi harus dibuka di awal. Ketika semua “amunisi” sudah diungkap di depan umum, nilainya menjadi tak berarti lagi saat berhadapan langsung di arena hukum.
Kini, salinan ijazah yang mereka peroleh dari KPUD Solo, KPUD DKI, hingga KPU Pusat pun kehilangan makna. Sebab, ada bagian-bagian penting yang tetap dirahasiakan, mungkin dengan tujuan tertentu.
Dan, satu hal yang perlu diingat: KPU adalah lembaga satu komando dari daerah hingga pusat. Mereka tentu akan berusaha keras melindungi kepentingan dan legitimasinya sendiri.
Demikian pula lembaga-lembaga lainnya. Bahkan koran arsip berisi pengumuman Sipenmaru pun tak bisa ditemukan di tempat yang harusnya bisa diakses publik. Semua data dan informasi sudah diamankan.
Ibarat berlindung di balik benteng yang teramat kokoh, barisan Jokowi juga dilengkapi perisai dan topi baja yang tak akan mampu ditembus oleh “peluru-peluru kecil” yang selama ini dikumpulkan oleh Roy Suryo dkk. Entah di sana akan ada sebuah keajaiban nantinya.[]












