KabarAktual.id – Ratusan tenaga kesehatan (nakes) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh merasa dizalimi karena tunjangan jasa medis mereka dipotong untuk alasan tak jelas. Tak tahan diperlakukan sewenang-wenang, Kamis (18/9/2025), mereka pun melancarkan aksi protes.
Menanggapi aksi unjuk rasa para nakes, Plh Direktur RSUDZA, dr. Arifatul Khorida, angkat bicara. Dia menyatakan bahwa pihak manajemen menghargai aspirasi yang disuarakan dan berkomitmen untuk melakukan evaluasi menyeluruh.
Arifatul menyampaikan terima kasih atas masukan yang disampaikan para nakes melalui aksi unjuk rasa. Ia bersama semua pihak, berjanji akan terus mengevaluasi dan melakukan perbaikan-perbaikan di semua lini. “Mohon support-nya,” ujar Arifatul dalam keterangannya dikutip, Jumat (19/9/2025).
Baca juga: Running Text RSUDZA Diretas, Muncul Kata Sumpah Serapah
Terkait pemotongan jasa medis yang dipermasalahkan, Arifatul menegaskan bahwa manajemen tidak menutup mata atas keluhan tersebut. Ia juga mengatakan hal yang sama, akan terus mengevaluasi dan melakukan perbaikan bersama-sama. “Bantu kami untuk dapat mengevaluasi dan melakukan perbaikan-perbaikan strategis untuk peningkatan pelayanan di RSUDZA,” katanya.
Seperti dilaporkan media ini sebelumnya, ratusan nakes terdiri dari perawat, bidan, staf administrasi, hingga tenaga medis lainnya menggelar aksi damai di halaman rumah sakit, Kamis. Mereka menuntut transparansi dan keadilan sistem remunerasi.
Baca juga: BREAKING NEWS: Ratusan Nakes RSUZA Demo, Protes Pemotongan Tunjangan
Aksi yang berlangsung damai itu mengangkat tema “Diam Remunerasi”, disertai pesan moral bahwa ketidakadilan akan terus ada bukan karena banyaknya orang jahat, melainkan karena diamnya orang-orang baik.
Para nakes menegaskan bahwa perjuangan mereka bukan sekadar persoalan angka, melainkan soal keadilan dalam penghargaan atas kerja keras yang dijalankan siang dan malam. Mereka menuntut kenaikan jasa pelayanan perawat, bidan, nakes lainnya, dan tenaga administrasi. “Kami tidak ingin hanya menjadi pahlawan tanpa jasa,” demikian protes mereka.
Para peserta aksi menyoroti ketidakjelasan pembayaran jasa pelayanan yang dianggap tidak transparan. Mereka menuntut agar sistem remunerasi yang berlaku saat ini dibatalkan karena dinilai tidak adil dan berpotensi menimbulkan diskriminasi antarprofesi.
Menurut para nakes, mereka dituntut bekerja 24 jam penuh, tapi jasa pelayanan yang diberikan tidak layak. Mereka meminta pihak manajemen untuk tidak lagi berbohong. “Bubarkan tim remunerasi bila tidak mampu berbuat perubahan,” lanjut pernyataan sikap mereka.
Selain itu, aksi ini juga memuat desakan agar pimpinan rumah sakit bersikap adil dalam mengambil keputusan, tidak hanya berpihak pada profesi tertentu. Para tenaga kesehatan menegaskan bahwa RSUDZA adalah milik publik, bukan hanya segelintir pihak yang berkuasa.
“RSUDZA bukan milik segelintir penguasa, tapi ada kami yang membuat sistem rumah sakit terus bergerak. Sudahi penzaliman ini, ingat bahwa Tuhan tidak pernah tidur,” teriak seorang peserta aksi.
Mereka juga menolak janji-janji kosong yang selama ini dianggap tidak pernah terealisasi. “Kami tidak butuh janji, kami butuh aksi nyata. Sudah cukup dibuai kata-kata manis, nyatanya pahit yang kami terima,” tegas mereka.
Aksi ini menjadi peringatan keras bahwa transparansi, keadilan, dan penghargaan layak terhadap tenaga kesehatan adalah kunci menjaga semangat mereka yang menjadi tulang punggung pelayanan rumah sakit terbesar di Aceh.[]