News  

Mengenal Belangkas si Pari Kepiting dan Manfaatnya

Belangkas di alam (foto: dok Ist)

BELANGKAS atau disebut juga mimi adalah salah satu hewan laut paling aneh yang pernah dikenal oleh manusia. Keanehan pertama jelas bisa dilihat pada bentuknya yang berbeda daripada makhluk-makhluk laut lainnya. 

Sekilas, tubuhnya terlihat seperti ikan pari dengan kulit yang kaku dan keras. Bentuk tubuh bagian depannya juga dianggap mirip dengan tapal kuda, sehingga di luar negeri, belangkas kerap dipanggil dengan nama “kepiting tapal kuda” (horseshoe crab).

Dalam tangga klasifikasi ilmiah, belangkas termasuk ke dalam filum Arthropoda (hewan beruas-ruas) seperti kepiting, serangga, dan kelabang juga termasuk ke dalam filum ini. Dasar penggolongan tersebut adalah karena belangkas memiliki 6 pasang kaki dan tubuh yang beruas-ruas.

Baca juga: Dokter Lulusan USK Banyak Berkiprah di Luar Negeri

Ada empat spesies belangkas yang diketahui oleh manusia yang masih hidup pada masa kini. Keempat spesies tersebut digolongkan ke dalam famili Limulidae.

Yang menjadi habitat asli belangkas adalah pesisir Asia Pasifik (termasuk Indonesia), Asia Selatan, & Amerika Utara bagian tenggara.

Anatomi dan morfologi    

Belangkas memiliki bentuk yang mirip dengan ikan pari. Tubuhnya diselubungi cangkang yang keras dan berwarna kecoklatan. Ditinjau dari segi anatomis, tubuh dari belangkas terbagi menjadi 3 bagian utama yang masing-masingnya dipisahkan oleh sambungan tipis atau segmen: kepala (prosoma), perut (opisthosoma), dan ekor (telson).

Di bagian kepala terdapat 9 mata yang letaknya terpecar-pencar: 1 di masing-masing sisi kepala, 5 di bagian depan, dan 2 di bagian bawah kepala.

Bagian bawah tubuh belangkas    

Ekor belangkas bersifat kaku dan mengerucut di bagian ujungnya, namun bagian pangkalnya bisa digerakkan dan sanggup memberi dorongan kepada makhluk ini untuk bergerak lebih cepat.  
Ekor belangkas konon menjadi penentu keselamatan makhluk ini dalam ekosistem.

Ada teori yang menyatakan, bila ekor belangkas rusak atau hilang, maka belangkas akan mudah ditangkap pemangsa. Karena ekornya pula, dalam tangga klasifikasi ilmiah, ordo belangkas diberi nama Xiphosura, bahasa Yunani, yang bermakna “ekor pedang”.

Jika tubuh belangkas dibalik, akan terlihat kaki-kaki yang bentuknya mirip kaki kepiting atau laba-laba. Belangkas memiliki 6 pasang kaki yang memiliki fungsi masing-masing. Pasangan kaki pertama berguna untuk memegang makanan dan memasukannya ke mulut.

Pasangan kaki kedua digunakan untuk berjalan di dasar laut, sementara 4 pasang sisanya digunakan untuk memberikan daya dorong tambahan saat bergerak. Walaupun bisa berenang dan melayang di air dengan memakai ekor dan kaki-kakinya, belangkas lebih banyak bergerak dengan cara berjalan dan merayap di dasar laut.

Biologi dan siklus hidup    

Belangkas adalah hewan nokturnal yang berarti mereka aktif beraktivitas pada malam hari, khususnya pada saat bulan purnama. Selama beraktivitas, belangkas aktif mencari makanannya yang mencakup hewan-hewan dasar laut seperti cacing laut, kerang, Crustacea, dan bahkan ikan kecil.

Untuk menemukan makanannya, belangkas mengandalkan rambut-rambut kecil di sekitar mulutnya untuk mencium bau dari calon mangsanya. Karena makanan belangkas memiliki perilaku untuk mengubur diri atau bersembunyi di dalam pasir, maka hewan ini kerap mengais-ngais dasar laut untuk mendapatkan makanan.

Larva belangkas    

Saat musim kawin tiba, sejumlah besar belangkas akan bermigrasi ke pantai berpasir dan perairan dangkal. Pejantan yang tiba lebih dulu di pantai selanjutnya akan berpatroli dan mencegat betina yang kebetulan melintas di dekatnya. Tidak jarang seekor betina bisa dicegat dan kawin dengan belasan pejantan sekaligus.

Setelah kawin, betina akan menggali lubang di dasar pantai dan memasukkan telur-telurnya ke dalam lubang tersebut. Lalu, pejantan mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur yang dikeluarkan oleh betina. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh betina bisa mencapai 120.000 butir, namun hanya sedikit yang bisa bertahan hidup hingga dewasa.

Telur-telur belangkas akan menetas setelah 2-5 minggu, tergantung kondisi suhu.Semakin hangat suhu, semakin cepat pula telur-telurnya menetas. Larva belangkas yang baru menetas bisa tetap berada di dalam pasir selama beberapa minggu berikutnya.

Saat air laut naik pasang, larva akan memasuki fase planktonic. Larva yang terseret arus pasang, hidup melayang-layang di laut dengan mengandalkan cadangan kuning telur sebagai makanannya. Sekitar seminggu kemudian, larva jatuh ke dasar laut dan memasuki fase pertumbuhan berikutnya, fase juvenil.

Pada fase juvenile, bayi belangkas memiliki bentuk dan perilaku yang sangat mirip dengan belangkas dewasa. Selama fase juvenil, belangkas berkali-kali melakukan pergantian kulit seiring dengan pertumbuhannya. Setiap kali berganti kulit, ukuran tubuhnya bertambah 25 – 30 persen.

Belangkas termasuk hewan yang lambat bertumbuh dan baru mencapai kematangan seksual pada usia 9 tahun. Usia maksimal hewan ini bisa mencapai 40 tahun, namun rata-rata belangkas hanya hidup hingga usia 12 tahun. Panjang maksimal belangkas, termasuk ekornya, adalah 60 cm. Ukuran betina sedikit lebih panjang ketimbang pejantan.  

Manfaat untuk manusia    

Belangkas memiliki sejumlah manfaat penting bagi manusia. Sejak permulaan abad ke-20, belangkas ditangkap dalam jumlah besar untuk dijadikan umpan sidat dan siput laut besar.

Di luar industri perikanan, darah belangkas yang mengandung tembaga digunakan oleh industri farmasi untuk membuat Limulus Amebocyte Lysate (LAL), senyawa yang berguna untuk mendeteksi toksin yang dihasilkan oleh bakteri.

Cangkang belangkas bisa diolah menjadi aneka produk seperti lensa kontak, krim kulit, penambal luka jahitan kepala, dan kitosan (chitosan), sejenis pengawet makanan. Di beberapa daerah di Indonesia, belangkas juga dimakan.

Manfaat besar yang didapat manusia dari belangkas di sisi lain juga berkontribusi besar terhadap keberadaannya di alam liar. Penangkapan belangkas yang kelewat batas membuat populasi hewan tersebut merosot tajam dan mulai terancam punah.  

Selain untuk dikonsumsi dan dijadikan bahan baku industri, belangkas juga kerap dibunuh oleh para peternak kerang karena dianggap sebagai hama yang memangsa kerang. Faktor-faktor lain seperti perusakan habitat dan pencemaran juga ikut berkontribusi terhadap menurunnya populasi belangkas.
Tantangan terbesar upaya pelestarian belangkas adalah sulitnya pekembangbiakan.

Selain itu, begitu banyak industri yang menggantungkan nasibnya pada belangkas. Sebagai langkah awal mencegah kepunahan belangkas, para ilmuwan mengamati siklus hidup belangkas di habitat liarnya secara seksama dengan harapan bisa mendapatkan cara paling efektif untuk menjaga kelestarian belangkas.

Beberapa negara bagian di AS semisal New Jersey dan South Carolina bahkan bertindak lebih ekstrim dengan melarang penangkapan belangkas sama sekali.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *