KabarAktual.id – Banjir yang melanda Aceh Barat dan Nagan Raya merendam puluhan desa dan melumpuhkan aktvitas belajar mengajar.
Di Aceh Barat, hingga Rabu (17/10/2018) sore, ketinggian air mencapai 10 hingga 50 cm di kawasan-kawasan tertentu. Kondisi ini terjadi pada10 kecamatan meliputi Bubon, Samatiga, Johan Pahlawan, Woyla Timur, Woyla, Arongan Lambalek, Woyla Barat, Kaway XVI, Pante Cereumen, dan Meureubo.
Masyarakat yang terdampak dilaporkan mencapai 3.303 kepala keluarga (KK) atau sekitar 11.250 jiwa.
Tim BPBD dan Dinsos dilaporkan sudah dikerahkan ke lokasi, namun sejumlah pejabat atau para petinggi di kabupaten itu terkesan kurang respons dengan bencana yang sedang dihadapi masyarakat. Penyaluran bantuan masa panik untuk korban juga belum merata.
Sekolah yang terpaksa diliburkan karena direndam banjir, antara lain berlokasi di Kecamatan Samatiga, Arongan Lambalek, Bubon, dan Woyla Barat. Laporan sementara warga yang mengungsi adalah di Desa Cot Amun, Kecamatan Samatiga ke kantor desa. Sedangkan desa lain yang rumah mereka juga terendam mengungsi ke rumah famili.
Baca juga: Ketinggian Air Hampir 5 Meter, 105 RT di Jakarta Terendam Banjir
Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, Maimun yang ditanyai Serambi mengatakan banjir yang melanda Aceh Barat kali ini tergolong tinggi. Ini terjadi setelah hujan lebat dalam beberapa hari terakhir.
Dampak banjir yang sudah dilaporkan ke BPBD adalah dua rumah di Desa Keuramat, Kaway XVI yang rusak berat dan ringan karena amblas ke dasar sungai Krueng Meureubo.
Nagan Raya
Dari Nagan Raya, dilaporkan, banjir masih merendam puluhan desa dan ribuan rumah dalam tiga kecamatan yaitu Tripa Makmur, Darul Makmur, dan Tadu Raya dengan ketinggian air berkisar 10 hingga 60 cm.
Proses belajar mengajar juga terganggu karena lingkungan dan gedung sekolah terendam seperti di Kecamatan Tripa Makmur, Kuala, dan Darul Makmur. Banjir juga telah mengikis tebing sungai di Desa Geulanggang Gajah, Kecamatan Darul Makmur yang saat ini tinggal satu meter lagi dengan badan jalan utama.
“Air sudah mulai surut di sekolah kami namun proses belajar mengajar belum bisa berlangsung karena harus membersihkan lumpur di semua lantai ruangan sekolah,” kata Kepala SDN Tarung Ijo, Kecamatan Darul Makmur, Said Umar kepada Serambi, Rabu (17/10).
Plt Kepala Dinas Pendidikan Nagan Raya, Bustami membenarkan banjir telah merendam sejumlah sekolah di wilayah itu sehingga proses belajar mengajar terhenti, di antaranya SD Neubok Yee, SD Lueng Keubeu Jagat, SDN Drien Tujoh, SDN Babah Lueng, dan SMPN 11 Kuala.
Kepala Pelaksana BPBD Nagan Raya, Hamidi mengatakan, banjir yang terjadi sejak Selasa hingga Rabu kemarin masih merendam puluhan desa dan ribuan rumah. “Kita telah siagakan tiga unit speedboat, masing-masing di Tripa Makmur, Tadu Raya, dan Kuala,” kata Hamidi.
Menurut Hamidi, desa-desa yang terendam di Kecamatan Kuala yaitu Lawatu dan Jogja. Di Kecamatan Tripa Makmur, Desa Panton Pange, Ujong Krueng, Mon Dua, Neubok Yee PP, Nubok Yee PK, Pasi Keubeudom, Kubu, Lueng Keubeu Jagat, Drien Tujoh, dan Babah Lueng. Sedangkan di Kecamatan Tadu Raya yaitu Desa Cot Mee dan Alue Siron, dan sejumlah desa lainnya.
Jembatan darurat
Putusnya abutment jembatan rangka baja sepanjang 50 meter di Kecamatan Mane telah menyebabkan 3.000 lebih warga Gampong Lutueng dan Blang Dalam terisolasi. BPBD Pidie telah melakukan penanganan secara darurat dengan memasang batang kelapa di pangkal jembatan.
Sekretaris BPBD Pidie, Ramli yang dihubungi Serambi, Rabu (17/10) mengatakan, penanganan jembatan ambruk yang menghubungkan Mane dengan Lutueng, telah mengerahkan warga untuk memasang batang kelapa di abutment sebagai jembatan sementara, agar warga bisa melintas, termasuk pelajar SMP Lutueng dan Blang Dalam yang melintasi jembatan tersebut.
“Hari ini kita minta masyarakat secara swakelola membuat jembatan darurat dari batang kelapa. Kita juga telah melaporkan ke Dinas PUPR Aceh untuk menangani secara permanen jembatan itu, mengingat lokasi jembatan itu di ruas jalan provinsi,” sebutnya.
Ia menambahkan, rumah milik Tgk Malem yang terbawa arus sungai di Gampong Meuleuweuk, Kecamatan Geumpang tidak dilaporkan ke BNPB Pusat mengingat hanya satu rumah yang korban. Tgk Malem tinggal bersama istri dan empat anaknya di rumah tersebut, kini harus menngungsi ke rumah anggota keluarga yang lain. “Untuk bantuan masa panik telah disalurkan ke keluarga yang terkena musibah itu dari Dinas Sosial Pidie,” ujarnya.
Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Pidie, Megawati MM yang dihubungi Serambi menjelaskan, bantuan masa panik berupa sandang dan pangan telah disalurkan kepada korban banjir yaitu Tgk Malem yang rumahnya terbawa banjir.[]