KabarAktual.id – Gelombang penguduran diri siswa Sekolah Rakyat terus berlangsung di berbagai daerah meskipun Pemerintah mengimingi-imingi berbagai fasilitas, seperti laptop gratis. Terbaru, dilakukan dua siswa Sekolah Rakyat di Yogyakarta.
Sebelumnya, ratusan siswa Sekolah Rakyat dari berbagai daerah juga telah mengundurkan diri. Menurut data Kementerian Sosial, jumlahnya mencapai 115 siswa atau sekitar 1,4 persen dari total siswa Sekolah Rakyat sebesar 9.705 orang.
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf mengatakan, siswa Sekolah Rakyat paling banyak mengundurkan diri berasal dari Jawa dan Sulawesi. Populasi berikutnya ada di Sumatera dan Kalimantan.
Mensos yang biasa disapa Gus Ipul itu merincikan data siswa yang mengundurkan diri. Di Kalimantan ada 10 siswa, di Sumatera 26 siswa, di Jawa dan Sulawesi masing-masing 35 siswa.
Baca juga: Pikiran Elitis Mengurus Sekolah Rakyat
Kemudian, di Bali dan Nusa Tenggara terdapat 4 siswa, dan di Maluku 5 siswa yang tidak betah. “Di Papua, Alhamdulillah tidak ada yang mengundurkan diri,” ujarnya dilansir Kompas.com, Senin (4/8/2025).
Siswa Sekolah Rakyat di Yogya tetap pada pilihan mereka meskipun berbagai upaya edukasi dan motivasi telah dilakukan. “Ketika kami sudah benar-benar mengedukasi dan memotivasi mereka, tapi memang keputusannya tidak mau, ya sudah. Saya tidak bisa memaksa,” kata Endang Patmintarsih, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) DIY di Yogyakarta, Kamis (14/8/2025).
Baca juga: Ratusan Siswa Tinggalkan Sekolah Rakyat, Mereka Lebih Memilih Sekolah Reguler
Menurut Endang, siswa yang berasal Gunung Kidul akhirnya diminta membuat surat pengunduran diri. Hal ini, kata dia, untuk menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.
Dinsos pun segera mencari pengganti siswa yang benar-benar memiliki keinginan kuat untuk bersekolah. Saat ini kursi kosong sudah terisi oleh siswa lain. “Kami minta mereka membuat surat mundur supaya tidak ada nanti hal-hal yang kita tidak inginkan, misalnya bahasa yang beredar seolah-olah dipulangkan, padahal mereka yang mengundurkan diri,”jelasnya.
Meski ada yang mundur, lanjut Endang semangat ratusan siswa lain di Sekolah Rakyat diklaim semakin menguat. Sejak dimulai 14 Juli 2025 lalu, para siswa sudah melalui fase orientasi lingkungan, guru, pengasuh dan teman baru.
Bahkan Menteri PU sempat berkunjung ke kawasan tersebut untuk memotivasi siswa dengan sholat berjamaah, makan malam bersama, dan meninjau langsung kegiatan harian mereka. Menurut evaluasi, perubahan perilaku siswa selama sebulan terakhir sangat positif.
Mereka, kata Endang, disiplin bangun pagi, menjaga kebersihan kamar, dan aktif beribadah. Bahkan, lebih dari separuh siswa kini rutin berpuasa Senin-Kamis, sementara siswa nonmuslim turut mendukung dengan menemani sahur. “Kebersamaan ini disebut menjadi kekuatan utama yang mulai terbangun di asrama,” jelasnya.
Dengan masuknya siswa pengganti, Dinsos optimis suasana belajar di Sekolah Rakyat akan tetap kondusif.
Mereka benar-benar merupakan siswa yang mau melanjutkan sekolah. “Anak-anak baru ini memang mau sekolah. Kami dorong dan dampingi supaya cepat menyesuaikan diri. Semua ini berproses, suasana semakin baik,” tandasnya.
Endang menambahkan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Kemensos rencananya akan memberikan fasilitas mendapatkan laptop untuk mendukung pembelajaran digital. Jumlahnya disesuaikan dengan siswa di masing-masing Sekolah Rakyat.
Proses distribusi seragam juga tengah berjalan. Ditargetkan akhir Agustus 2025 nanti semua perlengkapan sekolah lengkap.“Ada tujuh seragam yang disiapkan bagi siswa nantinya,” imbuhnya.[]
Keterangan: Sebagian informasi bersumber dari Suara.com