Opini  

Isra’ Miraj dalam Pandangan Seorang Penganut Katolik

Hendrikus Ingrid Meze Doa (foto: Kemenag)

KabarAktual.id – Umat Islam merayakan peringatan Isra’ Miraj 1446 H pada hari ini, Senin 27 Januari 2025. Bagi umat Islam, ini tonggak sejarah paling fundamental, karena momentum tersebut melahirkan kewajiban ibadah shalat. 

Semua umat Islam sangat paham sejarah tersebut. Sebagaimana dikisahkan, bahwa Rasululullah SAW melakukan perjalanan suci dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, lalu dan mi’raj ke Sidratul Muntaha. 

Seterusnya, Rasul menerima perintah shalat yang menjadi kewajiban umat Islam sehari semalam lima waktu.

Umat muslim pasti sangat hafal sejarah tersebut. Tapi, bagaimana pandangan umat Nasrani melihat isra’ mikraj?

Melansir laman kemenag.go.id, Senin (27/1/2025, Hendrikus Ingrid Meze Doa, seorang penganut katolik menulis pandangannya tentang peringatan isra’ mikraj. Berikut dikutip lengkap artikel yang tayang di website Kementerian Agama. 

Hari suci ini tak hanya menjadi momen refleksi penuh hikmah bagi umat Islam, tetapi juga menghadirkan ruang permenungan bagi umat beragama lain. Ruang permenungan untuk memperteguh hidup iman sseorang.

Dengan kata lain, peringatan keagamaan dari agama lain dapat menjadi cermin yang memancarkan pesan universal, menginspirasi setiap insan untuk merenungi nilai-nilai luhur yang mampu memperkuat kehidupan iman dan memperdalam hubungan spiritual dengan Sang Ilahi.

Penulis berkeyakinan bahwa setiap kita dapat belajar dan mengambil hal-hal baik dari siapapun dan dari apapun di alam semesta ini. Kebaikan itu ada di mana-mana, semunya kembali pada kehendak manusia mau terbuka untuk belajar ataukah memilih untuk tertutup dan mengabaikannya.

Penulis mendasarkan sikap belajar dan mengambil hikmah dari perayaan Isra Miraj ini pada semangat yang tertuang dalam salah satu dokumen Konsili Vatikan II Nostra Aetate (Pernyataan Tentang Hubungan Gereja Dengan Agama-Agama Bukan Kristiani).

Dalam Dokumen Nostra Aetate Art. 2, Gereja Katolik secara resmi menyatakan sikapnya terhadap agama-agama lain:

“Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang”.

Gereja Katolik menegaskan penghormatan terhadap agama-agama lain dengan mengakui kebenaran dan kesucian yang ada di dalamnya, serta membuka diri untuk merenungkan nilai-nilai baik yang dapat dipelajari dari cara hidup, ajaran, dan tradisi agama lain.

Sikap dan semangat yang ada dalam dokumen ini juga terlihat secara nyata dalam teladan hidup Paus Fransiskus. Salah satu pernyataan Paus Fransiskus saat kunjungan apostolik ke Indonesia, secara khusus dalam kotbahnya pada Misa Kudus di Gelora Bung Karno, 5 September 2024:

“.…………… Dengan bimbingan sabda Tuhan, saya mendorong kalian untuk menaburkan benih cinta, dengan penuh keyakinan menapaki jalan dialog, dan terus menunjukkan kebaikan serta keramahan kalian dengan senyuman khas kalian. Apakah kalian pernah diberi tahu bahwa kalian adalah bangsa yang suka tersenyum? Tolong, jangan hilangkan senyuman itu, dan teruslah melangkah maju! Jadilah orang yang menghadirkan damai. Jadilah orang yang membawa harapan!

Petikan kotbah Paus Fransiskus di atas mendorong umat untuk terus menaburkan cinta, menapaki jalan dialog, dan membawa damai. Dengan semangat ini, Gereja mengajarkan pentingnya belajar dari hal-hal baik dalam agama lain sebagai bagian dari upaya menciptakan harmoni, memperkaya pemahaman iman, dan menghadirkan damai dalam masyarakat.

Hikmah Peringatan Isra Miraj Bagi Seorang Katolik

Menurut Menteri Agama yang juga Imam Besar Istiqlal, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., dalam buku Kutbah-Kutbah Imam Besar, Peristiwa Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam yang memperingati perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang dilakukan dalam satu malam.

Ada dua peristiwa yang terjadi yaitu:
a) Isra: Perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Perjalanan ini menunjukkan keistimewaan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, serta pentingnya Masjidil Aqsa dalam Islam. Peristiwa ini oleh Imam Besar disebut sebagai sebuah perjalanan horizontal.
b) Mi’raj: Setelah tiba di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW naik ke langit (Sidratul Muntaha) hingga bertemu dengan Allah SWT. Dalam peristiwa ini, Nabi menerima perintah untuk melaksanakan salat lima waktu, yang menjadi kewajiban bagi umat Islam. Peristiwa ini oleh Imam Besar disebut sebagai sebuah perjalanan vertikal.

Dari peristiwa Isra Miraj, ada beberapa hal hikmah yang sekiranya dapat penulis ambil untuk meneguhkan, menguatkan iman dan penghayatan kekatolikan.

Hikmah pertama adalah perlu memperhatikan dan meningkatkan kehidupan doa. Peringatan Isra Mi’raj menekankan pentingnya Sholat sebagai hubungan langsung antara manusia dan Tuhan. Sebagai orang Katolik, saya dapat menjadikan peristiwa ini untuk bisa lebih setia dalam hidup doa, terutama doa harian, seperti doa pagi, doa malam, dan doa Angelus atau bentuk doa lainnya.

Selain itu, peristiwa ini bisa menjadi cerminan untuk terus menerus memperdalam ketekunan pada doa liturgis Katolik, terutama Ekaristi, yang merupakan puncak doa dalam Gereja Katolik.

Hikmah kedua adalah pentingnya mewujudkan ibadah yang bermakna. Peringatan Isra Mi’raj mengajarkan umat Muslim bahwa ibadah adalah wujud ketaatan kepada Tuhan. Dari hal ini, sebagai orang Katolik, saya hendaknya berjuang agar ibadah yang dilakukan bisa mengubah kehidupan menjadi semakin menyerupai Kristus, terwujudnya imago dei, dan pada saat yang bersamaan ibadah tersebut menjadi pendorong atau motivasi untuk melakukan tindakan kasih kepada sesama.

Maka dapatlah kita berkata bahwa semakin dekat seseorang dengan Tuhannya seharusnya juga berbanding lurus dengan kedekatan dengan sesama manusia.

Hikmah yang ketiga adalah bertahan di dalam keyakinan bahwa penyertaan Tuhan itu kekal dan tak berkesudahan bagi umatnya. Seorang sahabat beragama Islam bercerita bahwa pengalaman Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra Miraj diwarnai atau didahului dengan sebuah pengalaman menyedihkan yang menimpa diri Nabi secara berturut-turut.

Kesedihan itu nampak setelah beliau ditinggal wafat oleh orang-orang yang memiliki pengaruh besar dalam perjalanan dakwahnya, yakni pamannya, Abu Thalib, dan istri yang dikasihinya, Khadijah. Peristiwa ini menggambarkan kekuatan dan penghiburan yang datang dari Allah bagi umatnya.

Sebagai seorang Katolik, peristiwa ini dapat menginspirasi bahwa dalam menjalani hidup hendaknya dilalui dengan sabar dan penuh iman terutama disaat kita menghadapi kesulitan. Kita hendaknya yakin bahwa Tuhan selalu menyertai.

Hikmah yang keempat adalah dalam beragama iman dan akal budi hendaknya ditempatkan dan diletakkan secara seimbang. Iman dan akal budi tidak saling meniadakan tetapi saling menguatkan dan meneguhkan. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa tidak semua hal dalam ajaran dan keyakinan agama yang mampu dipahami dengan akal budi tetapi membutuhkan iman.

Dalam sebuah laman berita Bincang Syariah memuat sebuah tulisan yang berjudul Hikmah dan Tujuan Isra dan Mi’raj Menurut Prof Quraish Shihab. Tulisan ini menyampaikan pemikiran Prof Quraish Shihab terkait peringatan Isra Miraj. Profesor Quraish menyampaikan bahwa peringatan Isra Miraj merupakan gambaran tentang Kebesaran Allah.

Terkait dengan kebesaran ini, Profesor mengatakan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah terbagi menjadi dua bagian, (1) nyata, dan bisa kita ketahui setelah mempelajarinya. Di antaranya, adalah hukum-hukum Allah yang berlaku di alam semesta; dan (2) tidak nyata, dan berada di luar hukum-hukum yang manusia ketahui, misalnya Isra dan Mi’raj.

Dalam kaitan hal ini, Gereja Katolik melalui Paus Yohanes Paulus II pernah mengeluarkan sebuah ensiklik yang bernama Fides et Ratio. Ensiklik ini membahas hubungan antara iman (fides) dan akal budi (ratio), dengan menekankan pentingnya harmoni antara keduanya dalam pencarian kebenaran.

Iman ada dan hadir dalam diri manusia bukanlah menjadi pengganti akal, tetapi ada untuk memberikan pencerahan bagi akal sehingga dapat memahami hal-hal yang melampaui kemampuan manusiawi.

Demikianlah empat hikmah yang dapat diperoleh dalam momentum menghormati peringatan Isra Miraj yang dirayakan Umat Islam.

Akhirnya, sebagai seorang Katolik, penulis dengan tulus mengucapkan selamat memperingati Isra Miraj kepada seluruh umat Islam di Indonesia. Semoga momen yang penuh makna ini senantiasa membawa berkah, kedamaian, dan kebahagiaan, serta mempererat persaudaraan antarumat beragama di Tanah Air.[]

:: Hendrikus Ingrid Meze Doa adalah seorang ASN pada Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *