Teganya Achmad Marzuki

Nova Iriansyah (kiri) dan Achmad Marzuki (kanan) dalam sebuah moment peristiwa (foto: niriansyah)

PENJABAT (Pj) Gubernur Achmad Marzuki, sepertinya, hampir pasti diganti. Riuh-rendah orang memperbincangkan isu pergantian mewarnai ruang jagad maya, forum resmi, dan bahkan warung-warung kopi. Terutama di pusat-pusat kota seperti Banda Aceh selama beberapa hari terakhir.

Berbagai pihak menilai Achmad Marzuki dengan sudut pandang negatif. Intinya, kehadiran pejabat Pusat tersebut seperti tidak membawa manfaat apa-apa untuk Aceh. Dinilai tak berguna.

Ketika sudah begini, banyak yang bisanya cuma “cuci tangan”. Seakan-akan tidak terlibat “mengundang” mantan Pangdam Iskandar Muda yang sudah menetap di ibu kota itu untuk kembali (ke Aceh).

Padahal, sebelumnya, banyak yang jadi pahlawan kesiangan. Merasa paling berjasa memperjuangkan Achmad Marzuki untuk jadi Pj gubernur. Seperti pengakuan seorang politisi yang duduk ngopi satu meja dengan kami di sebuah cafe kawasan Taman Ratu, sore tadi.

Sang politisi yang terlihat lugu dengan bangganya membuka rahasia. Bahwa, ada partai yang dulu sama sekali tidak mengusung calon Pj kepala daerah. Begitu dapat bocoran dari Jakarta bahwa calon tertentu bakal diplot ke Aceh, pihak partai tersebut buru-buru mengeluarkan rekomendasi. Bahwa, mereka juga mendukung calon tersebut. Begitulah sandiwara ini.

Lebih kurang sama ceritanya dengan Achmad Marzuki. Pada mulanya semua ingin tampil sebagai pihak paling berjasa. Tapi, setelah kenyataannya tak sesuai harapan, ramai-ramai balik badan: “Kami tak pernah mendukung dia.”

Terlepas siapa yang mendukung, seyogiyanya, seorang Achmad Marzuki sudi sedikit saja menunjukkan empati kepada Aceh. Tidak membiarkan daerah ini makin terpuruk. Waktu satu tahun cukup untuk melakukan sedikit perubahan, misalnya membenahi birokrasi yang sejak 5 tahun terakhir memang hancur-hancuran.

Kita jadi bertanya, kenapa Achmad Marzuki begitu tega membiarkan birokrasi daerah ini seakan berjalan sendiri. Begitu banyak kepala SKPA yang kosong tapi tidak diganti. Bahkan, 34 posisi yang sudah tuntas dilakukan evaluasi oleh Pansel pimpinan Setia Budi pun dibiarkan, ditelantarkan begitu saja, tanpa penyelesaian. Padahal tinggal melantiknya saja. Teganya Achmad Marzuki!  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *