News  

Pemerintahan tidak Berfungsi, LPG 3 Kg Dijual Rp 170 Ribu di Bener Meriah

Ilustrasi

KabarAktual.id — Penderitaan warga Kabupaten Bener Meriah pascabencana banjir bandang dan longsor kian bertambah. Di tengah upaya bertahan dari dampak bencana hidrometeorologi, mereka dihadapkan lagi pada lonjakan harga kebutuhan pokok, khususnya gas elpiji subsidi 3 kilogram.

Di sejumlah titik, harga elpiji 3 kilogram dilaporkan mencapai Rp 150 ribu hingga Rp 170 ribu per tabung, jauh di atas harga normal yang berkisar Rp 20 ribu. Kondisi ini memaksa sebagian warga tetap membeli gas meski harganya tidak wajar, karena elpiji merupakan kebutuhan utama rumah tangga.

Namun, tidak sedikit pula warga yang memilih beralih menggunakan kayu bakar untuk memasak lantaran tidak mampu menjangkau harga gas yang melambung tinggi.Ironisnya, di saat harga kebutuhan pokok naik drastis, harga hasil pertanian justru anjlok. Kontras dengan itu, sejumlah komoditas pertanian seperti cabai dan tomat mengalami penurunan harga di tingkat petani.

Situasi ini dikhawatirkan akan memperburuk kondisi ekonomi masyarakat dan berpotensi menambah angka kemiskinan di daerah penghasil kopi arabika tersebut.

Seorang ibu rumah tangga di Kecamatan Bukit, Aini, mengaku terkejut dengan lonjakan harga gas elpiji. “Saya tidak menyangka harga gas elpiji 3 kilogram bisa mencapai Rp 170 ribu. Ini sudah di luar batas kewajaran,” ujarnya, Sabtu (20/12/2025).

Menurut ibu rumah tangga ini, dalam kondisi darurat bencana, masyarakat sangat membutuhkan kehadiran pemerintah untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok. “Kami ini korban bencana. Seharusnya mendapat perhatian, bukan malah ditekan dengan mahalnya harga kebutuhan hidup,” ujarnya.

Ia juga memahami kesulitan yang dihadapi para pedagang akibat akses jalan yang rusak dan medan yang ekstrem. Namun demikian, ia menilai tetap diperlukan pengawasan agar harga tetap berada dalam batas kewajaran. “Apalagi kami mendengar pemerintah daerah memberikan subsidi angkutan logistik untuk menekan harga. Ini harus benar-benar diawasi,” katanya.

Pantauan di lapangan menunjukkan sejumlah pedagang dadakan menjual elpiji 3 kilogram di sekitar Simpang Tiga Redelong dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 170 ribu per tabung. Hingga kini, belum terlihat ada upaya penertiban atau pengendalian harga secara efektif oleh pemerintah atau pihak terkait.

Beda dengan daerah lain, seperti Banda Aceh, pemerintah setempat langsung melakukan koordinasi dengan Pertamina. Gas kemudian didistribusikan ke seluruh desa dengan pengawasan aparat.[]

Logo Korpri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *