News  

MCF 2025; Ruang Kreativitas Anak Muda Aceh Dorong Ekonomi Lokal

Ade Irma Suryani

HUJAN deras dan listrik yang sempat padam ternyata tidak cukup kuat menghentikan semangat ratusan anak muda di Universitas Syiah Kuala (USK). Sabtu 22 November 2025, Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM) USK resmi membuka Management Creativity Festival (MCF) 2025.

Agenda itu merupakan sebuah festival tahunan yang selalu ditunggu karena menawarkan satu hal yang semakin langka, yakni ruang berkreasi untuk anak muda. Tahun ini, MCF hadir dengan wajah yang lebih segar. Temanya: “Fostering Economic Sustainability through Local Resources and Youth Creativity”.

Tema yang kuat itu langsung memotret keresahan generasi hari ini. Yakni, bagaimana membangun masa depan ekonomi Aceh lewat kreativitas anak muda dan potensi lokal yang sebenarnya luar biasa besar.

Ketua Panitia MCF 2025, Yasir Mubarak Rangkuti, tidak menutupi alasan lahirnya konsep baru festival tahun ini. Ia melihat sendiri bagaimana ruang bagi anak muda Aceh untuk bereksperimen makin terasa sempit. Karena itu, MCF 2025 dirancang sebagai tempat di mana ide-ide segar tidak hanya didengar, tapi juga diuji, dipamerkan, dan diapresiasi.

Yasir Mubarak Rangkuti

Baca juga: Raih IPK 4.00, Bakary S. Dibba dari Gambia Jadi Wisudawan USK Terbaik

Dia mengatakan, MCF 2025 diselenggarakan untuk menghadirkan ruang yang lebih luas bagi anak muda. “Kita melihat sendiri tantangan kreativitas belakangan ini,” kata Yasir.

Lewat seminar nasional, talkshow, expo UMKM, berbagai lomba, sampai skill-up zone, panitia ingin setiap peserta pulang dengan sesuatu. Entah itu ilmu, pengalaman, atau bahkan jejaring baru.

Bukan sebatas seremonial

Meski diguyur hujan, acara pembukaan tetap berjalan optimal dan mendapat pujian dari Pemerintah Kota Banda Aceh. Perwakilan Wali Kota, Said Fauzan, S.STP., M.A, menyebut MCF bukan sekadar agenda tahunan biasa.

Bagi kota yang memiliki lebih dari 15.000 UMKM, kata dia, kegiatan seperti ini dibutuhkan untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif. “Ini momentum untuk membuka ruang inovasi,” katanya.

Dengan potensi kuliner, seni, budaya, dan berbagai produk kreatif, Aceh sebenarnya punya modal besar. Tinggal bagaimana anak mudanya diberi tempat untuk ikut membangun nilai tambah dan daya saing produk lokal.

Ketua HMM USK, Sayed Ahmad Syauqi, menegaskan bahwa MCF 2025 bukan hanya kerja panitia, tetapi kolaborasi banyak pihak. Ia menyampaikan terima kasih sekaligus permohonan maaf atas kendala teknis di awal acara.

“Harapannya, MCF mendorong kemajuan kreativitas ekonomi Aceh ke level yang lebih tinggi, baik nasional maupun internasional,” ujarnya.

MCF 2025 resmi dibuka oleh Ade Irma Suryani, S.E., M.Si., Sekretaris Jurusan Manajemen USK. Selama beberapa hari ke depan, festival ini akan menghadirkan pelaku usaha, akademisi, dan talenta muda Aceh dalam rangkaian acara yang padat dan berwarna.

Dan, sebagai pemanis di acara penutup, MCF 2025 akan menghadirkan Tulus sebagai bintang utama. Penampilan yang ditunggu-tunggu ini menjadi simbol bahwa festival anak muda Aceh kini bukan hanya ruang belajar, tapi juga kesempatan merayakan kreativitas itu sendiri.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *