News  

Petani Abdya Kini Punya “Penjaga Kebun” Pintar Berbasis IoT dari USK

Tim pengabdian masyarakat dari USK memperkenalkan teknologi sederhana pengendali hama monyet berbasis Internet of Things (IoT) di Gampong Alue Jeureujak, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kamis 6 November 2025 (foto: Ist). 

KabarAktual.id – Gempuran monyet liar yang merusak tanaman sering menjadi momok bagi para petani di Gampong Alue Jeureujak, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Namun kini, mereka tak perlu lagi berjaga siang malam di kebun.

Sebuah alat pengusir hama monyet berbasis Internet of Things (IoT) hasil inovasi tim pengabdian masyarakat Universitas Syiah Kuala (USK) menjadi solusi cerdas yang membantu petani menjaga hasil tanam mereka secara otomatis.

Program ini dijalankan oleh tiga dosen dan tiga mahasiswa USK, dengan uji coba lapangan sejak Oktober 2025. Selama dua bulan berikutnya, alat ini akan terus dipantau untuk melihat efektivitas dan daya tahan sistem di lapangan.

Baca juga: Efisiensi Anggaran Ancam Kelangsungan Pendidikan Anak-anak Abdya

Ketua tim pengabdian, Aulia Rahman, S.T., M.Sc, menjelaskan bahwa alat tersebut bekerja secara otomatis untuk mendeteksi dan mengusir hama monyet. “Dengan sistem berbasis IoT, petani bisa memantau kondisi kebun dan mengontrol alat dari mana saja, asal terhubung ke internet,” jelas Aulia.

Cara Kerja Alat: Panduan Teknis bagi Pengguna

Agar teknologi ini bisa diterapkan secara mandiri oleh petani lain, berikut penjelasan teknisnya dalam bentuk instruksional:

1. Pemasangan Sensor Gerak (Motion Sensor)

Pasang sensor gerak di area perkebunan yang sering dilalui monyet.Arahkan sensor ke jalur masuk hewan (misalnya pohon kelapa atau tepian kebun).Pastikan sensor terlindungi dari air hujan dan sinar matahari langsung.

2. Sistem Peringatan Otomatis

Sensor akan mendeteksi gerakan hewan di sekitar area.Saat sensor aktif, sistem otomatis mengirim sinyal ke modul suara. Modul suara akan memutar rekaman gonggongan anjing untuk mengusir monyet.

3. Kendali Berbasis Internet (IoT System)

Alat dilengkapi dengan mikrokontroler (misalnya Arduino atau NodeMCU) yang terhubung ke internet.Data dari sensor dikirim ke aplikasi atau dashboard yang bisa diakses petani lewat smartphone.

Petani dapat: Memantau apakah alat sedang aktif, Menyalakan atau mematikan sistem secara manual, Melihat riwayat aktivitas deteksi hama.

4. Sumber Energi dari Panel Surya

Pasang panel surya di tempat yang mendapatkan sinar matahari langsung sepanjang hari. Panel surya akan mengisi baterai internal yang menyuplai daya ke seluruh sistem. Dengan cara ini, alat tidak bergantung pada listrik rumah tangga dan tetap berfungsi meski di kebun terpencil.

5. Pemeliharaan Rutin

Bersihkan sensor dan panel surya minimal seminggu sekali dari debu dan kotoran. Pastikan kabel dan sambungan tetap kering dan tidak diganggu hewan. Lakukan pengecekan daya baterai setiap beberapa hari melalui sistem pemantauan aplikasi.

Kolaborasi Akademik dan Sosial

Selain Aulia, dua dosen lainnya, Prof. Dr. Roslidar, S.T., M.Sc., IPM., ASEAN Eng, dan Dr. Putri Bintusy Syathi, S.E., M.A., turut memimpin pelatihan penggunaan alat bagi kelompok tani. Mereka juga mengajarkan cara perawatan dasar agar alat ini bisa bertahan lama.

Hendima Paradika, mahasiswa yang ikut merancang alat tersebut, menjelaskan bahwa penggunaan panel surya membuat sistem ini ramah lingkungan dan hemat energi. “Panel surya membuat alat tetap menyala meski tanpa listrik PLN. Jadi petani bisa pakai di mana saja,” ujarnya.

Dampak Langsung di Lapangan

Geuchik Alue Jeureujak, Basyaruddin, mengatakan warga kini lebih tenang menjaga kebun mereka. “Sebelumnya banyak tanaman rusak karena monyet. Sekarang, setelah alat dipasang, gangguan mulai berkurang,” tuturnya.

Ketua kelompok tani Sabeeteem, Hendri Miswardi, juga menyambut baik inovasi ini. “Kami siap menjaga dan mengembangkan alat ini agar bisa dipakai di kebun lain,” katanya dengan semangat.

Langkah Lanjut dan Pengembangan

Menurut Prof. Roslidar, alat ini merupakan hasil penelitian mahasiswa Teknik Elektro USK yang dikembangkan menjadi teknologi tepat guna. Jika hasilnya terbukti efektif, pemerintah desa bisa mengusulkan pengembangan alat serupa ke wilayah lain melalui program teknologi tepat guna desa. “Kalau produksi meningkat dan alat ini terbukti membantu, kami harap desa bisa menjadikannya model inovasi berkelanjutan,” ujarnya.

Kegiatan ini ditutup dengan serah terima alat dan pelatihan teknis lanjutan. Bagi USK, proyek ini bukan sekadar pengabdian masyarakat, tapi bukti nyata bahwa inovasi kampus bisa menjawab persoalan riil di desa. Dengan penerapan IoT dan energi terbarukan, para petani di Abdya kini tak hanya punya alat pengusir monyet—mereka punya “penjaga kebun pintar” yang bisa bekerja 24 jam tanpa lelah.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *