KabarAktual.id – Ruang kelas adalah rumah kedua bagi peserta didik. Karena itu, bagaimana guru mengelola kelas akan memberi pengaruh besar terhadap pembentukan karakter seorang anak.
Menyadari pentingnya permasalahan tersebut, Safe Communities Safe School (SCSS) Aceh di bawah Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar Program Refreshment SEULANGA (Social-Emotional Understanding and Learning for Adult-Children Wellbeing Advancement) di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh.
Kegiatan yang diikuti guru dan kepala sekolah dari SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 17 Banda Aceh ini bertujuan memperkuat implementasi Pembelajaran Sosial Emosional (SEL) secara humanis di lingkungan sekolah.
Melalui pelatihan tersebut, para pendidik diajak memperdalam pemahaman tentang pengelolaan emosi dan perilaku siswa dengan pendekatan yang empatik dan restoratif.
Koordinator Principal Investigator SCSS USK Aceh, Dr. Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si., menegaskan bahwa program ini merupakan intervensi penting untuk menjawab tantangan mendasar di ruang kelas. “Ini tentang bagaimana kita sebagai pendidik merespons tantangan paling fundamental di kelas: mengelola emosi dan perilaku siswa,” ujar Rina.
Menurutnya, ruang kelas adalah ekosistem kompleks yang dipenuhi siswa dengan latar belakang dan emosi berbeda. Karena itu, guru perlu memahami makna di balik perilaku siswa, bukan sekadar memberikan teguran atau hukuman. “Pendekatan humanis bukan berarti membiarkan siswa berbuat sesuka hati,” ujarnya.
Dia menegaskan, mengubah perilaku tidak cukup hanya mengganti kalimat ‘Hentikan perilaku itu!’ dengan ‘Saya lihat kamu sedang kesulitan. “Apa yang terjadi?’,” ucap Rina.
Rina menambahkan, perubahan pola pikir dari reaktif-punitif ke proaktif-restoratif merupakan fondasi utama pendidikan yang berempati. Dengan cara itu, guru dapat membangun lingkungan belajar yang aman, suportif, dan penuh empati.“Fondasi masa depan harus dibangun di atas empati, pemahaman, dan koneksi manusiawi,” tegasnya.
Sementara itu, psikolog Ediburga Wulan Saptandari, S.Psi., M.Psi., Ph.D., atau yang akrab disapa Mbak Yayik, menekankan pentingnya refleksi diri dalam praktik mengajar. “Setiap siswa berbeda. Tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua. Dalam kehidupan, refleksi adalah hal yang paling penting,” ujarnya.
Menurutnya, guru perlu memahami karakter dan perkembangan psikososial siswa usia SMP yang mulai mencari perhatian dan keadilan, agar interaksi di kelas tidak hanya bersifat instruktif, tetapi juga mendidik secara emosional.
Melalui program SEULANGA ini, Fakultas Kedokteran USK berharap muncul lebih banyak guru humanis yang mampu menciptakan ruang belajar yang aman dan empatik bagi anak-anak Banda Aceh.[]












