News  

EO Kabur Saat Acara Pemukaan Akan Dimulai, Panitia MTQ Aceh Terpaksa Ambil Alih Persiapan

Kondisi panggung utama yang ditinggalkan begitu saja oleh pihak EO

KabarAktual.id – Menjelang pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Aceh ke-37 di Kabupaten Pidie Jaya, pihak event organizer (EO) pelaksana kegiatan, PT Qpro Creasindo, dikabarkan menghilang. Akibatnya, seluruh tanggung jawab teknis terpaksa diambil alih oleh panitia daerah dan relawan.

Hingga Sabtu siang, 1 November 2025, tidak satu pun perwakilan EO terlihat di lokasi kegiatan. Kondisi ini sempat membuat panik pihak panitia dan tuan rumah.

Juru Bicara MTQ Aceh ke-37, Saiful Rasyid, menyebutkan panitia terpaksa turun langsung menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya menjadi kewenangan EO. “Karena ketidaksiapan EO, kami yang menyelesaikan semuanya, termasuk penataan venue utama,” ujar Saiful yang juga Asisten III Sekdakab Pidie Jaya, Sabtu (1/11/2025).

Menurutnya, keputusan itu diambil setelah pihak EO sulit dihubungi sejak pagi, sementara waktu pembukaan semakin sempit. “Pukul 14.00 WIB kami ambil sikap. Dari pagi kami hubungi EO, tapi sampai sekarang belum terkoneksi,” ujarnya menegaskan.

Sementara itu, pihak PT Qpro Creasindo yang diwakili Nasrullah tidak dapat dikonfirmasi hingga berita ini diturunkan. Pesan dan panggilan yang dikirim ke nomor pribadinya hanya menunjukkan satu tanda centang, menandakan belum terbaca.

Sebelumnya, Nasrullah sempat mengklaim bahwa seluruh pekerjaan di venue utama telah rampung 100 persen dan telah diserahterimakan kepada panitia. “Venue utama sudah siap semua, sudah serah terima tadi siang. Untuk WC portable memang kami kerjakan, tapi penempatannya dilakukan pihak panitia,” kata dia dalam pesan sebelumnya.

Namun, pantauan di lapangan pada Sabtu malam menunjukkan fakta berbeda. Sejumlah panitia dan relawan masih bekerja keras menyelesaikan sejumlah detail teknis, termasuk penataan area utama dan sarana pendukung, agar pembukaan MTQ Aceh ke-37 tetap dapat berlangsung sesuai jadwal.

Kejadian ini menjadi catatan tersendiri dalam pelaksanaan even keagamaan terbesar di Aceh tersebut. MTQ yang seharusnya menjadi panggung syiar dan kemuliaan Al-Qur’an, justru diwarnai kelalaian pihak pelaksana.

Publik berharap, pemerintah daerah lebih selektif dalam menunjuk mitra penyelenggara kegiatan serupa agar semangat dakwah tidak ternoda oleh lemahnya manajemen dan tanggung jawab kerja.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *