Kedisiplinan bukan sekadar aturan, tapi kebiasaan yang dibangun lewat teladan. Dari seorang lulusan Harvard University, semangat itu kini menginspirasi perubahan pola pikir dan etos kerja birokrasi Dinas Pendidikan Aceh.
KabarAktual.id – Faktor kepemimpinan pada Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh yang mengurus SMA, SMK, dan SLB mempengaruhi pola orientasi kinerja birokrasi. Selama beberapa tahun terakhir, ditengarai, kondisinya tidak baik-baik saja.
Sebagai orang yang diberi kepercayaan memimpin Disdik Aceh, Murthalamuddin, ingin melakukan sesuatu. Di awal masa tugasnya sebagai pelaksana tugas (Plt) Kadisdik, ia ingin mengubah mindset keluarga besar instansi tersebut. Dia hendak melakukan perubahan total dengan memberikan mereka wawasan internasional.
Baca juga: Kepala SMA/SMK di Aceh Menjerit Kesulitan Dana, Sebentar-bentar Dipanggil ke Banda Aceh
Untuk keperluan tersebut, pejabat yang pernah menjadi Kepala Biro Humas Setda Aceh beberapa tahun silam itu mengundang seorang akademisi lulusan program Doktor Harvard University untuk membuka wawasan SDM Disdik, Jumat (24/10/2025). Dia berharap, pengalaman empiris dari dunia akademik internasional menjadi bahan renungan bagi jajaran Disdik Aceh.
Dalam kegiatan Sharing Session bersama Dr. Reza Idria, akademisi UIN Ar-Raniry yang doktor lulusan Harvard University, jajaran Disdik Aceh diajak menimba inspirasi tentang best practice reformasi pendidikan dan tata kelola birokrasi modern.
Reza menjelaskan, di banyak lembaga pendidikan maju seperti Harvard, keberhasilan sistem pendidikan tidak hanya diukur dari capaian akademik, tetapi dari konsistensi perilaku dan budaya kerja yang berintegritas.
Baca juga: Plus Minus Alhudri
Perubahan, kata dia, tidak lahir dari seruan, tetapi dari kebiasaan. “Integritas bukan slogan, melainkan perilaku yang dibentuk dari keseharian,” ujarnya.
Reza juga menekankan pentingnya kepemimpinan partisipatif, evaluasi berbasis data, dan budaya reflektif di lingkungan pendidikan. Menurutnya, tiga elemen itu menjadi kunci agar sistem birokrasi pendidikan tidak hanya patuh aturan, tetapi juga adaptif terhadap tantangan zaman.
Semangat itu pula yang ingin ditekankan oleh Murthalamuddin ketika dia diberi amanah memimpin Disdik. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa disiplin dan integritas adalah fondasi utama dalam memperkuat mutu layanan pendidikan di Aceh.
Baca juga: Duh, Ada Pelantikan Kepala Sekolah Tengah Malam di Disdik Aceh
Menurut Murthalamuddin, disiplin ibarat mesin penggerak. Kalau mesinnya lemah, perjalanan akan tersendat. “Kita ini lokomotif pendidikan Aceh, jadi harus memastikan gerbongnya berjalan serempak,” ujarnya.
Murthalamuddin mengingatkan bahwa tanggung jawab membangun pendidikan bukan hanya urusan administrasi, melainkan juga amanah spiritual dan moral.
Kalau pendidikan gagal, sambungnya, maka moral masyarakat juga ikut runtuh. “Apa yang kita lakukan hari ini akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah,” tegasnya.
Sebagai tindak lanjut, ia akan melakukan evaluasi rutin setiap Jumat untuk memastikan seluruh ASN dan non-ASN bergerak selaras dengan visi perubahan.
Dia menegaskan, mulai Jumat depan akan turun langsung ke lapangan. Jika ada yang tidak mau ikut dalam gerbong perubahan ini, ia mempersilakan untuk turun di stasiun. “Kita bekerja bukan untuk pribadi, tetapi untuk bangsa dan agama,” ujarnya tegas.
Langkah itu menjadi sinyal bahwa Dinas Pendidikan Aceh sedang berupaya membangun budaya kerja baru yang lebih disiplin, profesional, dan berorientasi hasil.
Dengan kolaborasi antara pengalaman global dari Harvard dan semangat lokal Aceh, diharapkan lahir model tata kelola pendidikan yang lebih sehat, adaptif, dan berintegritas tinggi.[]










