Opini  

Iksan Skuter; 1000 KM Musik, Vespa, dan Jalan Sejarah

“Dari Anyer ke Panarukan, bukan sekadar perjalanan — ini ziarah musik.”

MUSISI folk Iksan Skuter bersiap meluncur dalam proyek musik paling nekat sepanjang kariernya: “Raya Daendels Tour 2025.”

Selama sebulan penuh (18 Oktober–20 November), ia bakal menempuh 1.000 kilometer perjalanan darat dari Anyer hingga Panarukan — menyusuri 19 kota di 5 provinsi Jawa, hanya dengan satu teman setia: vespa tuanya, Sarinah.

Baca juga: Musik Tradisi dan Kembalinya Kebahagiaan Anak Indonesia

Tur ini bukan tentang gemerlap panggung besar atau sorot lampu mahal. Iksan justru menegaskan semangat sederhana: musik harus dekat dengan manusia.

“Panggung nggak harus di kota besar. Musik nggak mesti butuh festival dan sponsor besar,” ujarnya.

Setiap kota akan menjadi tempat singgah kecil dengan pertunjukan akustik intim. Formatnya sederhana, tapi atmosfernya hangat — tempat di mana lagu, tawa, dan cerita bersatu di ruang yang sama.

Menelusuri Jejak Daendels

Nama “Raya Daendels” diambil dari Jalan Raya Pos yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada masa kolonial.

Baca juga: Setelah Viral, “Band Sukatani” Malah Tarik Lagu “Bayar Bayar Bayar” yang Sindir Polisi

Jalan sepanjang 1.000 km ini dulu jadi proyek ambisius Belanda yang menelan ribuan korban kerja paksa. Kini, Iksan ingin mengubah makna jalan itu — dari simbol penindasan menjadi jalur silaturahmi dan kebebasan berkarya.

 “Aku ingin membuktikan pertunjukan bisa dilakukan dengan berjejaring dan proper, tanpa tunduk pada industri,” tutur Iksan.

Satu hal yang bikin tur ini makin unik: seluruh perjalanan ditempuh dengan vespa klasik bernama Sarinah. Motor ini baru saja direstorasi dan siap mengantar Iksan dari Anyer ke Panarukan.

Lebih keren lagi, Iksan bekerja sama dengan komunitas Get Plastic, yang mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar alternatif. Jadi, Sarinah bakal melaju dengan energi hasil daur ulang — simbol komitmen terhadap lingkungan dan keberlanjutan.

1000 KM”: Lagu dan Film Dokumenter

Sebelum roda berputar, Iksan merilis single baru berjudul “1000 KM.” Lagu ini bukan cuma soundtrack perjalanan, tapi juga refleksi personal tentang jarak, pertemuan, dan keberanian hidup di jalan.

Seluruh perjalanan juga akan direkam dalam bentuk film dokumenter, menangkap “roh jalanan” yang selalu jadi napas Iksan Skuter — antara musik, kopi, dan interaksi dengan masyarakat.

Bagi Iksan, “Raya Daendels Tour 2025” bukan proyek promosi, tapi pernyataan sikap. Ia ingin membuktikan bahwa musik bisa tetap jujur tanpa harus tunduk pada logika industri dan algoritma.

 “Kalau kotamu ada di jalur Daendels, sampai ketemu. Mari bernyanyi, bersilaturahmi, dan ngopi,” tutupnya.

Musik yang Tetap di Jalan

Seribu kilometer, satu vespa, dan sejuta makna.

Perjalanan ini bukan sekadar tur, tapi cara Iksan Skuter merayakan kemerdekaan berkesenian — dengan debu, peluh, dan nada-nada yang tumbuh di jalan.

Ketika banyak musisi berlomba viral, Iksan justru memilih menyapa penontonnya di gang-gang kecil, warung kopi, dan jalan bersejarah. Karena bagi Iksan, musik sejati selalu berangkat dari bumi — dan pulang ke hati.[]

Akhmad Alfan; Publicist and Copywriter, Malang, Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *