News  

Terima Delegasi Selandia Baru, USK Bahas Kerja Sama dan 20 Tahun MoU Helsinki

KabarAktual.id – Pimpinan Universitas Syiah Kuala (USK) menerima kunjungan delegasi Kedutaan Besar (Kedubes) Selandia Baru untuk Indonesia di Ruang Mini Rektor kampus Darussalam, Banda Aceh, Selasa (23/9/2025). Rombongan Deputy Head of Mission, Dr. Giselle Larcombe, disambut Wakil Rektor Bidang Akademik USK, Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Sc.
Menurut pihak USK, kunjungan ini menjadi momen penting karena bertepatan dengan 20 tahun penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Helsinki, yang menandai berakhirnya konflik dan lahirnya perdamaian di Aceh.

Dr. Larcombe menyampaikan bahwa kunjungan mereka bertujuan untuk memahami lebih dekat perkembangan politik, sosial, dan ekonomi Aceh pasca-MoU Helsinki. Selain itu, pihaknya juga menjajaki peluang kerja sama, khususnya dalam bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi perempuan, energi terbarukan, dan pertanian.

Ia menyatakan rasa syukur dapat berkunjung ke USK dan mengaku tidak sabar melihat situs budaya Aceh. “Kami ingin menyaksikan secara langsung bagaimana pembangunan sosial dan ekonomi berjalan setelah dua dekade perdamaian,” ujar Larcombe.

Prof. Agussabti menyampaikan penghargaan atas kunjungan tersebut. Menurutnya, kunjungan ini memiliki makna khusus karena merupakan kunjungan pertama Kedubes Selandia Baru ke USK sejak tahun 2018.

Rombongan Kedubes Selandia Baru diterima pimpinan USK (foto: Ist)

Atas nama Rektor USK, dengan penuh kehormatan dan kebahagiaan, ia menyampaikan sambutan hangat kepada peserta delegasi dari Kedutaan Besar Selandia Baru. “Kami melihat kunjungan ini sebagai kesempatan penting untuk memperkuat hubungan antara USK dan Selandia Baru,” ungkapnya.

Prof. Agussabti juga menjelaskan bahwa meskipun USK belum memiliki kerja sama akademik formal dengan universitas di Selandia Baru, beberapa dosen USK merupakan alumni dari institusi pendidikan di negara tersebut. Hal ini, menurutnya, menjadi penghubung nyata antara kedua komunitas.

Ia berharap kunjungan ini dapat membuka jalan bagi dialog lebih lanjut, tidak hanya dalam kerja sama akademik, tetapi juga dalam pertukaran pengetahuan dan perspektif yang lebih luas. “Sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan di Aceh,” tambahnya.

Di sisi lain, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USK, Dr. Mahdi Syahbandir, S.H., M.Hum, turut memberikan pandangan terkait kondisi Aceh pasca-MoU Helsinki. Salah satu hasil nyata dari perjanjian damai tersebut, kata dia, adalah lahirnya partai lokal di Aceh, yang memungkinkan masyarakat menyalurkan aspirasi politik secara lebih langsung.

Mahdi menambahkan, bahwa Gubernur Aceh saat in merupakan mantan Panglima GAM, sehingga mampu menjaga stabilitas dan meredam potensi gejolak. Selain itu, Aceh juga memiliki lembaga khusus seperti Dinas Syariat Islam dan Badan Pengelola Zakat, serta memperoleh dana Otonomi Khusus sebesar 1 persen dari APBN. “Kini muncul aspirasi agar dana tersebut ditingkatkan menjadi 2 persen dan bersifat permanen,” jelas Mahdi.

Menurut USK, kunjungan ini menandai momentum penting bagi USK untuk memperkuat hubungan internasional, sekaligus membuka peluang kolaborasi baru dengan Selandia Baru. Hal itu mendukung pembangunan berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia di Aceh.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *