Penilaian Kader PSI: Jokowi Layak Jadi Nabi

Dedy Nur Palakka (foto: tangkapan layar)

KabarAktual.id – Meskipun bekas Presiden Joko Widodo (Jokowi) banyak dihujat, tidak demikian bagi para kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bahkan ada kader partai ini yang memposisikannya setara dengan nabi.

Kader PSI yang memiliki penilaian seperti itu bernama Dedy Nur Palakka. Di mata dia, Jokowi sudah memiliki kriteria sebagai seorang nabi.

Iklan

Pernyataan itu disampaikan Dedy saat membalas celotehan warganet yang menyindir Jokowi di akun X, Selasa (10/6/2025).

“Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini (Jokowi) sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat.”

“Sementara di dunia lain masih ada saja yang tidak siap dengan realitas bahwa tugas kenegaraan beliau sudah selesai dengan paripurna,” tulis Dedy.

Pernyataan Dedy tersebut mengundang perhatian luas warganet.

Dedy bahkan dianggap berlebihan dalam memberikan pujian kepada Jokowi.

Ia lalu membuat penjelasan terkait pernyataannya tersebut.

Menurut Dedy, tidak semua penyebutan “nabi” berarti secara literal menerima wahyu dari Tuhan seperti yang dipahami dalam Islam atau Kristen.

Apalagi, persepsi bahwa seorang nabi harus menerima wahyu secara langsung dari Tuhan.

“Orang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia.”

“Namun, dalam perbincangan filsafat, sastra, dan tafsir sosial, kata nabi juga sering digunakan secara kiasan atau simbolik,” jelas Dedy.

Dedy menegaskan pernyataannya tersebut tidak salah dan tidak harus disalahkan.

“Tidak perlu banyak orang untuk mengawali pemikiran.”

“Banyak ide besar dalam sejarah justru berangkat dari satu orang yang melihat sesuatu yang orang lain belum lihat,” ujar Dedy. https://www.youtube.com/embed/4GpKYxeeSfY Ia lantas memberikan beberapa contoh tokoh besar di dunia.

“‘Dulu orang menganggap Nelson Mandela pengacau, sebelum akhirnya disebut pembawa cahaya rekonsiliasi dan Mahatma Gandhi dulu dianggap aneh dengan strategi ahimsa, sebelum dunia menyebutnya nabi tanpa senjata.”

“Sifat kenabian tidak harus selalu disematkan oleh massa. Kadang, satu orang yang mampu menjaga integritas, sabar dalam difitnah, tidak membalas kebencian dengan kebencian, dan tetap memimpin dengan ketenangan, jauh lebih mencerminkan karakter kenabian daripada mereka yang sibuk mengaku-ngaku ‘paling religius’,” jelas Dedy.

Ia menegaskan peryataannya itu hanyalah penilaian pribadi.

“Jadi, kalaupun hanya satu orang yang mengatakan Jokowi punya sifat kenabian, itu sah sebagai penilaian pribadi yang berbasis pada nilai-nilai etis, bukan klaim wahyu literal,” tandas Dedy.

Pengamat: Itu Berlebihan

Pengamat yang juga pegiat media sosial, Jhon Sitorus, ikut mengomentari pernyataan Dedy yang menganggap Jokowi sudah memiliki kriteria sebagai seorang nabi

Jhon menilai pernyataan Dedy berlebihan.

“Hati-hati kalau bicara soal Nabi bro @DedynurPalakka. Jokowi jadi Nabi umat agama mana yang kau maksud? Harus diperjelas agar tidak menimbulkan polemik.”

“Saya tau semangat anda begitu membabi buta mencintai Jokowi, tetapi menyebut Jokowi sudah “memenuhi syarat sebagai nabi” itu berlebihan,” ungkapnya membalas pernyataan dari Dedy.

Jhon lalu menjelaskan defenisi Nabi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang menyampaikan pesan dari Tuhan kepada manusia.

“Pertama, jika anda mengatakan Jokowi memenuhi syarat sebagai Nabi, maka itu artinya Jokowi menerima wahyu dari Tuhan secara langsung. Dikau harus bisa buktikan itu agar tidak jadi polemik.”

“Kedua, memiliki sifat kenabian. Sifat kenabian seperti apa yang engkau maksud? 10 tahun Jokowi jadi presiden RI, tidak ada 1 pun manusia yang mengatakan Jokowi memiliki sifat kenabian, kecuali anda sendiri. Maka saya tanya, Nabi umat agama mana yang anda maksud? Itu harus jelas,” tandas Jhon

Jokowi Harus Dihadapi Dengan Berbagai Kekuatan

Seperti diketahui, Jokowi belakangan ini disibukan mengurusi berbagai kasus persoalan legalitas ijazahnya hingga pelaporan soal mobil Esemka.

Kasus ini melebar dari Pengadilan Negeri Solo, Polda Metro Jaya hingga ditangani Bareskrim Polri.

Namun, sampai hari ini kasus ini tak kunjung rampung.

Eks Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, bahkan turut menanggapi soal pelaporan Jokowi ke Polda Metro Jaya.

Diketahui, Jokowi resmi melaporkan lima orang soal dugaan pencemaran nama baik dan fitnah buntut tudingan ijazah palsu pada pada Rabu (30/4/2025).

Mereka adalah Roy Suryo dan empat orang lainnya, Rismon Sianipar, Tifauziah Tyassuma, Rizal Fadilah, dan satu orang lainnya berinisial K.

Terkait hal itu, Abraham menjelaskan Jokowi memang harus dihadapi dengan berbagai macam kekuatan.

 Abraham pun turut menyemangati para terlapor yang harus menghadapi berbagai macam lika-liku pembuktian.

Laporan Jokowi ke polisi itu, kata Abraham, merupakan kerikil kecil.

“Pesan saya kepada Bung Rismon, Roy Suryo, Dokter Tifa, dan Bung Fadila santai saja menghadapi laporan ini.”

“Karena saya anggap ini semacam intimidasi kecil saja,” kata Abraham Samad saat berpidato pada acara deklarasi bersama dukung usut ijazah Jokowi, Jakarta Pusat, Rabu (30/4/2025). 

Menurutnya, laporan Jokowi itu tidak perlu dianggap hebat. “Intimidasi yang kecil, kerikil tahu nggak itu kalau kerikil, ada di depan kita, kita tendang saja,” ujar Abraham.

Karena memang, lawan mereka adalah orang yang pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini.

“Ini cuma kerikil. Jadi tidak usah terlalu lebay. Karena kalau kita terlalu lebay, nanti Jokowi bangga.”

“Bahwa ternyata dia harus dihadapi dengan berbagai macam kekuatan, anggap biasa saja,” tandas Abraham.[]

Sumber: Tribunnews.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *