TIDAK harus orang kota untuk menjadi sukses. Yang penting sabar, tekun, dan punya semangat pantang menyerah.
Prinsip itu telah dibuktikan oleh Wildani Hefni, seorang santri asal Sumenep, Jawa Timur, yang berhasil meraih gelar S3 pada usia yang relatif muda.
Di usia 29 tahun, Wildan — begitu dia disapa — sekarang dia menjabat Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember periode 2023-2027.
Mengutip laman kemenag.go.id, Selasa (8/4/2025), Wildan merupakan penerima beasiswa PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) Kementerian Agama saat kuliah pada program studi Hukum Keluarga (Ahwal al-Syakhsiyah) Fakultas Syariah UIN Walisongo Semarang. Ia telah membuktikan bahwa santri yang berasal dari pelosok desa juga bisa berprestasi di tingkat nasional dan bahkan internasional.
Dibantu beasiswa PBSB, pada tahun 2021, Wildan berhasil menyelesaikan S3 di usian 29 tahun di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dia juga menjadi research fellow di Australian National University (ANU), Canberra, Australia.
Bagaimana Wildani Hefni meraih prestasi?
Sejak di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI), ia telah mencatatkan prestasi membanggakan. Selama enam tahun di bangku MI, Wildan menjadi langganan rangking I di kelasnya. Bahkan prestasi ini dapat dipertahankan, dari jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Aliyah (MA).
Wildan menuturkan, bahwa dia adalah santri pondok pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep Madura. Setelah saya menyelesaikan Madrasah Aliyah Tahfidh (MAT) di sana tahun 2009, dia ikut tes program beasiswa santri berprestasi. “Saya memilih kampus UIN Walisongo dan alhamdulillah dinyatakan lulus,” ujarnya, Selasa (8/4/2025).
Selama kuliah, Wildani Hefni menjalani hidup sederhana. Ia tinggal di asrama pondok pesantren Darun Najah Jrakah Semarang, Jawa Tengah.
Biaya hidup yand didapatkan dari beasiswa PBSB sebesar Rp 900 ribu per-bulan, ia gunakan dengan baik, dan bahkan disisihkan untuk belanja buku. Ia juga mendapatkan tambahan penghasilan dengan menjadi penulis pada rubrik opini di berbagai media massa regional dan nasional.
Selama empat tahun menjalani kuliah, kata Wildan, ia mendapatkan beasiswa yang meliputi biaya kuliah, biaya hidup, dan tunjangan untuk membeli buku. Uang itu digunakan dengan hemat. “Saat liburan semester II, kami penerima beasiswa PBSB satu angkatan sejumlah 40 orang, dibiayai oleh program PBSB untuk mengikuti kursus bahasa Inggris,” kata Wildan mengenang perjalanan hidupnya 15 tahun silam.
Menurut Wildan, PBSB merupakan beasiswa yang sangat prestisius. Ini merupakan sebuah program yang cerdas dan taktis dalam rangka meningkatkan kecerdasan anak bangsa lewat pemberdayaan kaum santri. Program ini secara mendasar mengandung beberapa kepedulian yang cukup tinggi terhadap intitusi pesantren.
Beasiswa ini, menurut dia, menjadi bukti bahwa negara telah hadir kepada insan pesantren. “Dengan adanya PBSB ini, para santri, termasuk saya, mendapatkan kemudahan dan bantuan untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan menggapai cita-cita gemilang di masa depan,” ungkap Wildani Hefni.
Semasa menjadi mahasiswa S1, ia meraih beberapa prestasi. Di antaranya, penghargaan dari Kementerian Agama RI dalam rangka hari amal Bhakti Kementerian Agama RI kategori santri mahasiswa produktif dan peraih IPK 4.0 berturut-turut selama 7 semester.
Selain itu, ia juga mendapatkan juara I Debat Ilmiah Bahasa Arab tingkat Nasional di Universitas Indonesia (2011), Juara II Debat Ilmiah Bahasa Arab tingkat Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010). Tidak hanya itu, Wildan juga menerima penghargaan Mahasiswa Terbaik se-Jawa Tengah dari Bank Tabungan Negara (BTN) Jawa Tengah (2012), serta Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Nasional di Institut Pertanian Bogor (2012).
Pada tahun 2013, dengan kegigihannya, Wildan diwisuda dan ditetapkan sebagai lulusan terbaik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98. Dari beasiswa PBSB ini, ia kemudian melanjutkan pendidikan Magister, juga dengan beasiswa dari Kementerian Agama pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kembali meraih gelar sebagai lulusan terbaik.
Tidak berhenti di situ. Dunia pendidikan benar-benar ditekuni. Tahun 2017, ia melanjutkan program doktor di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga dengan beasiswa dari Kementerian Agama.
Pada saat menyelesaikan studi doktoral, ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah Australia dalam skema partnership antara kampus ANU dan Kementerian Agama untuk menjadi mahasiswa PhD di Department of Political and Social Change, Australian National University (ANU).
Wildani Hefni berhasil meraih gelar doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada usia 29 tahun dan lulus dengan predikat cumlaude. Kini, penerima PBSB ini kemudian dipercaya menjadi Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember periode 2023-2027.
Dia mengatakan, Program PBSB Kementerian Agama telah mengantarkan dirinya pada mimpi-mimpi besar tentang pendidikan. Semua itu, dinilainya, sebagai wujud kesungguhan Kementerian Agama dalam memberdayakan pesantren melalui penguatan dan pengayaan sumberdaya. “Saya sangat berterima kasih kepada Kementerian Agama atas program beasiswa PBSB,” ucap Wildani.[]