Bahasa Aceh sangat mengandalkan perbedaan bunyi fonem sebagai penentu makna sebuah kata. Misalnya kata “boh” tidak hanya bermakna buah. Perubahan bunyi fonem o pada sebuah kata bisa menimbulkan banyak arti.
Berikut variannya:
1. Boh (Fonem o diucapkan seperti pada kata botol). Boh di sini artinya buah
Contoh: boh pineung (buah pinang), boh putek (papaya), dll
Fonem o (biasa) juga digunakan pada kata
koh = potong
seumalo = tabu, pantang
gogajo = gergaji
bako = hebat, jagoan, pintar
2. Boh (pengucapannya sama seperti di atas) dalam konteks lain artinya alat kelamin laki-laki.
Kata “boh” jika dirangkai nama hewan petelur berarti telur
boh itek = telur bebek
boh manok = telur ayam
3. Boh (pengucapannya sama seperti di atas) mengandung arti buang
Contoh: tulông boh brôh = tolong buang sampah
4. Böh (fonem o diucapkan menyerupai e) artinya ya, oke, setuju.
Contoh: Tulông neujak böh (tolong hadir ya)
Fonem ö seperti itu juga terdapat pada kata:
beudöh = bangun, bangkit
leumöh = lemas
gadöh = hilang
gidöng = injak
5. Bôh (fonem o diucapkan seperti pada kata sampo) artinya mengisi, memberikan, menuangkan, mencantumkan, menyematkan.
Contoh:
Tulông bôh judul siat = tolong berikan judul sebentar)
Tulong bôh ie = tolong tuangkan air/minum)
Fonem ô juga terdapat pada kata:
kôh = bau apek
brôh = sampah
antôk = bentur
budôk = penyakit lepra
jampôk = burung pungguk
gadôh = sibuk
tôt, töt = bakar
teu-ôt = lutut
Catatan: Rubrik ini diasuh oleh Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga mendalami ilmu bahasa Aceh