Opini  

Jokowi, Prabowo, Mega; Siapa Grand Master Sesungguhnya?

Avatar photo
Kolase foto: Mega-Jokowi-Prabowo

BENAR, bahwa Jokowi terlihat kalah di mata sebagian orang setelah gagal meloloskan Kaesang pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menghantam keras. Bahkan, upaya terakhirnya melalui DPR melalui revisi UU Pilkada terbaru pun kandas saat berhadapan langsung dengan rakyat.

Apakah ini tanda kekalahan Jokowi yang sesungguhnya? Tentu tidak.

Di balik sorak-sorai para pembenci yang merasa menang, Jokowi sepertinya sedang memainkan langkah catur politik tingkat tinggi. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Jokowi berhasil “menyusupkan” orang-orangnya untuk diusung oleh partai yang dianggap paling berani menentangnya, yakni PDIP. Partai yang pernah menjadi kendaraannya untuk menaklukkan Indonesia dan kini sedang merasa di puncak kemenangan, tanpa sadar sudah menjadi kuda tunggangan bagi agenda besar Jokowi.

Contohnya di Banten. Meski Golkar tidak mengusung Airin, PDIP malah memajukannya. Apakah ini berarti Airin berubah haluan? Jangan konyol. Darah Golkar sudah mengalir terlalu lama di nadinya, dan dukungan PDIP (bisa jadi) hanyalah alat untuk tetap maju dan nantinya akan tetap setia pada pemerintah pusat yang itu berarti sejalan dan agenda besar yang diusung Jokowi.

Lalu puncaknya di Jakarta, Jokowi (sepertinya) telah sukses memainkan dua kartu sekaligus: Ridwan Kamil dengan KIM Plus dan Pramono melalui PDIP. Siapa pun pemenangnya, baik RK atau Pramono, hanya satu hal yang pasti yakni mereka akan tunduk pada Jokowi.

Setali tiga uang dengan itu Di Aceh yang konon katanya kandangnya pendukung utama Anies, skenario serupa terjadi. Muzakkir Manaf dari Gerindra dan Bustami dari Golkar, siapa pun yang menang, sudah bisa ditebak mereka pasti akan patuh dan sejalan dengan pemerintah pusat.

Jadi, dengan segala perlawanan dari berbagai pihak, agenda besar Jokowi untuk memastikan sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah terus berjalan mulus, tanpa hambatan. Sementara itu, Anies yang pernah menjadi ancaman terbesar, kini terdepak dari gelanggang, tanpa ampun.

Jalan Menuju Pilpres 2029

Tapi cerita ini belum selesai. Pilpres 2029 mulai menampakkan bayangannya. Pertarungan yang mendebarkan antara dua raksasa politik, Prabowo dan Jokowi, sepertinya tak terelakkan. Prabowo mungkin akan maju kembali, menghadapi dua jagoan Jokowi yakni Ridwan Kamil dan Gibran.

Jika ini terjadi, peluang Anies untuk kembali ke gelanggang sedikit terbuka. Mungkin sebagai wakil Prabowo, atau bahkan jika Prabowo tak maju, Anies bisa saja didorong sebagai capres oleh Prabowo yang akan menjadi king maker.

Lalu, bagaimana dengan Mega? Prediksi saya, Mega nantinya akan lebih potensial menjadi sekutu baru Prabowo untuk menentang gerbong Jokowi.

Ingatlah, politik itu dinamis, penuh liku dan tidak jarang diwarnai dengan pengkhianatan. Yang pasti tidak ada sekutu abadi di sana, semua hanya tentang kepentingan, kekuasaan, dan ambisi. 
Mungkin Anda tidak sepakat? Saya tidak peduli. Saya tak punya waktu atau keinginan untuk memaksa

Anda untuk sepaham. Saya bukan pencatat dosa, bukan pengendali KPK, MK, atau MA. 
Tapi, satu hal yang pasti. Permainan ini masih jauh dari selesai. Dan, siapa pun yang mengira mereka telah menang dan lengah maka mungkin saja mereka yang akan kalah di langkah berikutnya.

Pesan untuk para simpatisan. Anda harus menyadari bahwa mereka hanyalah pion dalam catur politik besar ini. Jangan ada lagi yang nekad untuk mati konyol dengan mengatasnamakan apapun![]

Penulis: alumni IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *