KabarAktual.id – Proses pemilihan rektor Universitas Sumatera Utara (USU) di tingkat senat universitas berjalan mulus, Kamis (25/9/2025). Hasilnya: Prof Muryanto meraih suara terbanyak didampingi dua kandidat lainnya, masing-masing Poppy Anjelisa Z Hasibuan dan Isfenti Sadalia.
Pada pemilihan bakal calon ini, Muryanto meraih 53 suara. Dua kandidat lainnya, yaitu Poppy Anjelisa Z Hasibuan mendapatkan 18 suara, dan Isfenti Sadalia didukung 16 pemilih sebagai peraih suara terbanyak ketiga. Sebelumnya, ada 8 kandidat yang ikut bertarung.
Hasil pemilihan di tingkat senat itu akan dibawa ke forum pemilihan Majelis Wali Amanat (MWA) USU yang akan berlangsung di Kemendiktisaintek 2 Oktober 2025 mendatang. Forum itulah nantinya yang akan menetapkan rektor USU terpilih periode 2026—2031.
Baca juga: Gubernur Bobby Nasution Promosikan Babi Panggang Gunakan Jasa Vlogger Korea
Prof Muryanto memiliki kans besar bisa memperpanjang masa jabatan untuk periode berikutnya karena secara matematis mengantongi suara mayoritas. Sandungan terberatnya untuk bisa menambah keyakinan MWA agar memilih dia adalah dugaan permainan uang dan calon boneka.
Isu negatif bertiup kencang sejak beberapa pekan terakhir. Dua dosen wanita peraih suara terbanyak yang mendampinginya melaju ke pemilihan MWA disebut-sebut merupakan calon boneka yang dipersiapkan oleh tim Muryanto.
Isu miring ini belum mendapatkan klarifikasi dari Muryanto. Media yang tergabung dalam Jaringan Jurnalis Investigasi Sumatera (JJIS) belum berhasil mendapatkan konfirmasi dari yang bersangkutan.
Mengutip GoSumut.com 10 September 2025 — media yang tergabung dalam JJIS, sekitar 20 anggota Senat Akademik USU dipanggil ke Biro Rektor. Dalam pertemuan dengan Wakil Rektor II, Dr. Muhammad Arifin Nasution, mereka diminta agar mendukung petahana, Prof. Muryanto Amin. “Kami bahkan diminta memotret surat suara sebagai bukti,” kata seorang anggota senat yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Baca juga: Proses Pemilihan Rektor USK Model Baru Dimulai … tidak Lagi Dilakukan Senat tapi Oleh Wali Amanat
Sumber ini menambahkan, bahwa mereka juga ditugasi merekrut 112 anggota senat lainnya. Skemanya berjenjang menyerupai piramida dengan para penggerak di puncak mengarahkan dukungan di tingkat bawah.
Di tengah perekrutan itu, muncul dugaan aliran dana sebagai uang muka dukungan, berkisar Rp 25–50 juta. Sejumlah guru besar disebut dalam keterangan para narasumber internal kampus.
Sumber yang dikutip GoSumut.com mengatakan, dana diduga mengalir kepada tiga guru besar, yaitu Prof. Evawany Yunita Aritonang (Wakil Direktur I Sekolah Pascasarjana), Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D. (Direktur Sekolah Pascasarjana), dan Prof. Luthfi Aziz Mahmud Siregar (Kaprodi S2/S3 Fakultas Pertanian).
Merespon dugaan permainan uang ini, seorang akademisi di sana melontarkan kata-kata umpatan. “Memalukan. Reputasi kampus tercoreng,” ujar dosen senior ini.
Dugaan permainan uang ini dikuatkan oleh salah satu temuan, bahwa ada peserta pemilihan rektor yang memotret kertas suara. Tindakan ini diduga sebagai pembuktian bahwa dia telah memilih calon tertentu dan foto tersebut adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Merespon soal ini, Wakil Majelis Wali Amanat USU Prof Tamrin mengatakan bahwa soal kerahasiaan pilihan seseorang sudah pernah dipertanyakan dalam rapat sebelum pemilihan berlangsung. “Keputusan panitia tidak ada larangan mem photo karena itu privasi masing masing pemilih,” ujarnya menjawab konfirmasi KabarAktual.id, Kamis (25/9/2025).
GoSumut.com pada Senin dan Selasa, 8–9 September 2025 juga telah berupaya melakukan konfirmasi. Wakil Rektor II, Muhammad Arifin Nasution, tidak merespons pesan yang dikirim melalui WhatsApp.
Prof. Evawany dan Prof. Luthfi juga belum menjawab pertanyaan yang disampaikan. Seorang kolega mereka lainnya, Prof. Sabrina membantah keras dugaan permainan uang. “Hoaks itu, Bu. Dosa besar menyebarkan fitnah,” tulisnya via WhatsApp.
Ditanya apakah ia mendukung langkah hukum berupa uji forensik perangkat komunikasi untuk menelisik intensitas percakapan sebelum pemilihan, Sabrina tidak menanggapi lagi.
Nama-nama yang disebut sebagai narahubung juga menyangkal. Muhammad Romi Syahputra, Kaprodi Matematika sekaligus anggota Senat Akademik FMIPA, membantah dugaan sebagai penyalur dana kompensasi. “Saya berani bersumpah tidak tahu-menahu. Pemilihan terserah masing-masing,” ucapnya kepada tim JJIS, Senin (8/9/2025).
Muhammad Anggia Muchtar, anggota Senat Akademik di Fasilkom-TI, menilai tudingan itu tidak berdasar. “Itu fitnah. Dari mana informasinya? Saya bisa tuntut,” katanya melalui telepon, Senin 8 September 2025.
Terlibat korupsi
Forum Penyelamat Universitas Sumatera Utara (FP-USU) dalam pernyataan tertulis, Senin (22/9/2025), meminta KPK agar segera memanggil secara paksa Rektor USU, Prof Muryanto Amin, atas dugaan sejumlah kasus korupsi dan pelanggaran etik.
Ketegasan KPK diperlukan, kata Ketua FP-USU, Adv. M. Taufik Umar Dani Harahap, S.H, mengingat Muryanto berulang kali disebut terlibat dalam perkara hukum, termasuk dalam kasus OTT proyek jalan Rp 231,8 miliar di Sumatera Utara pada Juni 2025.
Dia menuturkan, KPK sudah dua kali melayangkan panggilan resmi pada Agustus lalu, tetapi Prof. Muryanto Amin selalu mangkir tanpa alasan sah. “Jika hukum ingin tegak, KPK harus jemput paksa,” ujar Taufik, Senin (22/9/2025).
FP-USU juga menyoroti sejumlah dugaan penyimpangan keuangan di lingkungan USU, mulai dari pungutan UKT jalur mandiri senilai Rp10,9 miliar, dugaan markup proyek kolam retensi dan Plaza UMKM Square yang mencapai lebih dari Rp 136 miliar, hingga agunan kredit fiktif Rp 228,3 miliar di BNI menggunakan aset HGU kampus.
Selain itu, forum tersebut menuding adanya praktik suap dan politik uang dalam proses pemilihan rektor (Pilrek) USU periode 2026–2031, serta temuan pelanggaran akademik berupa autoplagiarisme karya ilmiah yang melibatkan rektor.
Menurut Taufik, penyelamatan integritas kampus tidak bisa ditunda lagi karena universitas adalah benteng moral bangsa. “Jika rektor sebagai teladan justru mengabaikan hukum dan etika, kampus akan berubah menjadi panggung kompromi politik dan bisnis kotor. USU harus diselamatkan,” tegasnya.[]