KabarAktual.id – Tren kualitas SMA di Aceh selama tiga tahun terakhir terus menurun. Posisi SMAN Modal Bangsa (Mosa) yang dianggap sebagai sekolah terbaik saja, misalnya, semakin menukik dalam daftar Top 1000 nasional.
Gambaran kondisi memprihatinkan itu terkonfirmasi dari pernyataan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh Marthunis. “Saat ini, sekolah terbaik di Aceh masih berada di peringkat 191 nasional,” ujarnya saat membuka Festival Lomba Akademik, Seni, dan Humaniora (FLASH) SMA Mosa 2025 di Aceh Besar, Kamis (13/2/2025).
Meski kondisi realistis sekolah-sekolah di Aceh sedang terpuruk, Marthunis tetap menargetkan daerah itu bisa masuk 10 besar nasional pada 2027. “Kami ingin menaikkan peringkat ini hingga masuk 10 besar, karena ini penting untuk mendukung program beasiswa Aceh ke universitas terbaik dunia,” tegasnya.
Dengan mengandalkan program beasiswa, dia mengharapkan lebih banyak pelajar Aceh yang berprestasi berkesempatan melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
Beasiswa prestasi, disebutnya, akan membuka peluang lebih besar bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke universitas-universitas terbaik dunia. “Ini sejalan dengan visi gubernur dalam meningkatkan akses pendidikan bagi putra-putri Aceh,” sambungnya.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kualitas SMA Mosa selama tiga tahun terakhir terus menurun. Pada tahun 2021, posisi sekolah ini masih berada di dalam daftar 100 SMA terbaik nasional, masih bertengger di peringkat 98.
Pada tahun 2022, peringkat SMA Mosa terjun bebas ke peringkat 157 nasional. Berdasarkan data terbaru yang diterbitkan LTMPT, posisi SMA Mosa sekarang berada di peringkat 191 nasional. Hal itu menandakan pengelolaan pendidikan selama tiga tahun terakhir sangat hancur-hancuran.
Menurut keterangan salah seorang guru, kondisi babak belur pendidikan Aceh tidak terlepas dari faktor kepemimpinan kepala sekolah. Selama kepemimpinan Kadisdik Alhudri, ucap sumber ini, banyak kepala sekolah yang tidak memenuhi syarat dipaksakan memimpin sekolah bagus. “Akhirnya jadi hancur,” ujarnya.
Selain itu, selama hampir dua tahun terakhir banyak sekolah tidak memiliki kepsek definitif. Beberapa kepsek yang “mengundurkan diri” tidak diangkat pengganti sehingga sekolah berjalan dengan seadanya.
Setelah Alhudri didepak dari Disdik, sambungnya, kepala dinas pengganti juga belum melakukan upaya perbaikan yang sungguh-sungguh. “Pak Marthunis belum terlihat memperbaiki apa-apa,” ucap sumber ini.[]