News  

Buntut Perlakuan tak Bersahabat, Mualem Stop Pasok Telur dari Sumut

Gubernur Muzakir Manaf

KabarAktual.id – Provinsi Aceh mengambil langkah strategis mengurangi ketergantungan pasokan telur dan pakan ayam dari Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Gubernur Muzakir Manaf alias Mualem optimis Aceh segera punya peternakan ayam petelur terintegrasi sebagai upaya menuju kemandirian pangan.

Mantan Panglima GAM itu mengatakan, selama ini Aceh bergantung dengan Medan, seperti telur, pakan, dan lain sebagainya. Setelah beberapa kejadian yang terkesan mendiskriminasikan Aceh, dia menyatakan sikap tegas. “Jadi kita … tidak mau bergantung mereka (Sumut) 100 persen,” ujar Mualem usai bertemu anggota ‎Badan Legislasi DPR RI di Meuligoe Gubernur Aceh, Selasa (21/10/2025).

Baca juga: Dulu Dilakukan Preman, Kini Gubernur Bobby Terjun Langsung Sweeping Mobil Plat BL

Mualem menyebut investor asal China telah sepakat untuk membangun peternakan ayam petelur dan pabrik pakan di Aceh dengan nilai investasi mencapai US$130 juta atau sekitar Rp2 triliun. Proyek tersebut menargetkan operasional awal sekitar tahun 2027. “Lahannya sudah ada, pengerjaan setahun, ya 2027 sudah mulai beroperasilah,” kata Mualem.

Ketergantungan pasokan

Menurut publikasi, kebutuhan telur di Aceh pada akhir 2024 diperkirakan mencapai sekitar 2 juta butir per hari. Dari jumlah itu, lebih dari 90 % pasokan telur untuk Aceh berasal dari Sumut.

Sementara itu, data nasional menunjukkan bahwa produksi telur ayam ras petelur Indonesia pada 2024 mencapai sekitar 6,34 juta ton.

Baca juga: Mualem Sikapi Ulah Bobby: “Mereka Jual, Kita Beli”

Di sisi lain, produksi lokal di Aceh masih sangat kecil — misalnya, satu unit peternakan milik ‎Balai Ternak Nonruminansia (BTNR) Blangbintang Aceh Besar tercatat menghasilkan sekitar 21 000 butir per hari.

Untuk Sumut, menurut informasi dari pemerintah daerah, produksi telur di sana pada 2024 tercatat 566,8 ton yang menempatkannya sebagai wilayah penghasil terbesar di Pulau Sumatera.

Ketergantungan tinggi terhadap provinsi lain membuat Aceh rentan terhadap fluktuasi harga dan distribusi. Ketua ‎Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Aceh, Ramli, mengatakan bahwa ketika pasokan dari Sumut dialihkan ke daerah lain, maka harga telur di Aceh bisa melonjak.

“Kalau terus ketergantungan pasokan dari luar, berapa banyak uang masyarakat Aceh lari ke provinsi lain. Selain itu dampaknya juga terhadap harga…” ujarnya.

Tantangan menuju kemandirian

Meski investasi besar direncanakan, tantangan produksi lokal nyata: terbatasnya kapasitas peternakan di Aceh, tingginya biaya pakan, dan infrastruktur distribusi yang masih belum kuat. Produksi lokal yang masih dalam skala kecil membuat Aceh belum bisa memenuhi kebutuhan sendiri.

Langkah investasi ini merupakan perubahan paradigma: dari menjadi konsumen dan pengimpor produk telur menjadi produsen mandiri. Jika terlaksana sesuai rencana, Aceh berpotensi mengurangi aliran ekonomi ke luar provinsi dan menstabilkan harga telur untuk masyarakat.

Namun, realisasi rencana ini membutuhkan waktu, regulasi yang mendukung, dan sinergi antara pemerintah, investor, dan peternak lokal.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *