KabarAktual.id – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tidak setuju APBN digunakan untuk bayar utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) yang dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Oktober 2023.Total investasi adalah US\$7,2 miliar (sekitar Rp116,54 triliun), dengan sumber pembiayaan utama berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) (sekitar 75%) dan modal dari para pemegang saham (25%). Modal tersebut berasal dari konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd., yang merupakan perusahaan patungan antara Indonesia dan Tiongkok.
Menurut Purbaya, tanggung jawab pembayaran utang sepenuhnya berada di bawah Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia yang menaungi proyek tersebut.
“Utang KCIC dibiayai APBN? Saya belum dihubungi untuk masalah itu. Kalau ada, akan saya sampaikan dalam jumpa pers mingguan,” kata Purbaya melalui Zoom saat menghadiri Media Gathering Kemenkeu 2025 di Novotel Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/10/2025).
Baca juga: Purbaya dan Dialektika Baru Politik Ekonomi Indonesia
Menurutnya, Kementerian Keuangan sejauh ini belum menerima pembahasan resmi terkait usulan agar sebagian utang KCIC ditanggung negara. Ia menekankan Danantara memiliki kapasitas keuangan cukup kuat untuk menutup kewajiban proyek tanpa melibatkan APBN.
“Kalau di bawah Danantara, mereka sudah punya manajemen sendiri, punya dividen sendiri yang rata-rata setahun bisa Rp80 triliun atau lebih. Harusnya mereka manage dari situ, jangan ke kita lagi,” ujarnya.
Baca juga: Pemotongan TKD; Cara Pintas Melenyapkan Otonomi
Purbaya menegaskan pemerintah tidak ingin terus-menerus menanggung beban proyek korporasi. Ia mengingatkan agar pembagian peran antara sektor swasta dan pemerintah tidak tumpang tindih. “Jangan kalau enak swasta, kalau enggak enak government,” katanya.
Sebelumnya, BPI Danantara menyiapkan dua opsi penyelesaian utang proyek yang membebani neraca PT Kereta Api Indonesia (Persero). Opsi itu meliputi penyertaan modal tambahan kepada KAI atau penyerahan infrastruktur kereta cepat kepada pemerintah.
Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung dijalankan oleh KCIC, perusahaan patungan konsorsium BUMN melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan mitra China. Sebanyak 75 persen pembiayaan berasal dari pinjaman China Development Bank, sementara sisanya dari modal pemegang saham, termasuk KAI, Wijaya Karya, PTPN I, dan Jasa Marga.[]