News  

Subulussalam, Aceh Selatan, dan Pemerintah Aceh Terendah Realisasi Anggaran

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian dalam Rapat Koordinasi Percepatan Realisasi APBD Tahun 2025 yang diikuti seluruh pemda secara virtual dari Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Kamis 8 Mei 2025 (foto: dok. Humas Kemendagri)

KabarAktual.id – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengumumkan realisasi anggaran pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Pemprov Aceh, Kota Subulussalam, dan Kabupaten Aceh Selatan tercatat sebagai daerah dengan realisasi anggaran terendah.

Hal itu disampaikan Mendagri Tito Karnavian pada Rapat Koordinasi Percepatan Realisasi APBD Tahun 2025 yang diikuti seluruh pemda secara virtual dari Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Kamis (8/5/2025). Tito menegaskan, belanja pemerintah, termasuk di daerah, berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

Iklan

Dikatakan, belanja daerah dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar sehingga daya beli masyarakat menguat. 

Selain itu, kata dia, belanja pemerintah juga berperan sebagai penggerak bagi tumbuhnya sektor swasta.

Menurut Tito, pertumbuhan ekonomi sangat didukung konsumsi rumah tangga selain faktor-faktor lain. “50 persen lebih adalah konsumsi rumah tangga,” jelasnya dalam siaran pers, Sabtu (10/5/2025).

Tito mengapresiasi daerah-daerah yang realisasi APBD-nya masuk dalam kategori tertinggi. Ia juga memberikan catatan kepada daerah yang realisasi APBD-nya berada dalam kategori terendah.

Berdasarkan data Kemendagri yang diolah pada 7 Mei 2025, berikut 10 daerah dengan realisasi pendapatan tertinggi tingkat provinsi, yaitu:

Papua Tengah 39,08 persen

Kalimantan Barat 35,92 persen

Jawa Barat 32,94 persen

Sumatera Utara 30,65 persen

Daerah Istimewa Yogyakarta 29,76 persen

Sulawesi Selatan 29,11 persen

Gorontalo 28,84 persen

Kalimantan Utara 28,76 persen

Kepulauan Bangka Belitung 27,64 persen, dan

Bali 27,50 persen.

Kemudian, kabupaten, yaitu:

Sumbawa Barat 46,96 persen

Tanah Laut 37,04 persen

Ciamis 36,34 persen

Barito Kuala 35,08 persen

Garut 34,70 persen

Ponorogo 34,48 persen

Melawi 34,17 persen

Puncak 33,89 persen

Malang 33,70 persen, dan

Magetan 33,19 persen. 

Kota:

Denpasar 34,52 persen

Baubau 33,95 persen

Banjarbaru 33,80 persen

Bukittinggi 33,33 persen

Batam 32,80 persen

Padang Panjang 32,67 persen

Banjar 32,53 persen

Tangerang Selatan 32,44 persen

Cimahi 30,95 persen, dan

Payakumbuh 30,75 persen.

10 provinsi dengan realisasi pendapatan terendah, yakni:

Papua Pegunungan 7,24 persen

Lampung 8,83 persen

Papua Barat Daya 9,25 persen

Bengkulu 9,85 persen

Papua 11,37 persen

Riau 12,34 persen

Jawa Tengah 12,72 persen

Aceh 13,30 persen

Papua Barat 15,96 persen, dan

Sulawesi Barat 16,51 persen.

Kabupaten dengan pendapatan rendah:

Batanghari 0,14 persen

Jayawijaya 0,35 persen

Lumajang 1,11 persen

Empat Lawang 2,38 persen

Mimika 3,14 persen

Semarang 3,81 persen

Cilacap 4,24 persen

Pakpak Bharat 4,31 persen

Aceh Tenggara 6,12 persen, dan

Aceh Selatan 6,28 persen. 

Kota:

Tual 0,19 persen

Subulussalam 7,38 persen

Yogyakarta 9,37 persen

Pematangsiantar 10,54 persen

Sungai Penuh 13,49 persen

Samarinda 14,45 persen

Bontang 14,62 persen

Tebing Tinggi 14,82 persen

Lhokseumawe 14,88 persen, dan

Cirebon 15,72 persen.

Adapun 10 provinsi dengan realisasi belanja tertinggi:

Jawa Barat 21,91 persen

Daerah Istimewa Yogyakarta 21,73 persen

Sumatera Utara 20,64 persen

Banten 20,16 persen

Kepulauan Bangka Belitung 20,08 persen

Nusa Tenggara Barat 19,70 persen

Sulawesi Barat 18,84 persen

Gorontalo 18,45 persen

DKI Jakarta 18,00 persen, dan

Sulawesi Selatan 17,65 persen.

Kabupaten dengan realisasi tertinggi:

Ciamis 33,42 persen

Pati 27,74 persen

Banyuwangi 27,06 persen

Sumbawa Barat 26,23 persen

Madiun 25,85 persen

Purbalingga 25,43 persen

Aceh Besar 25,39 persen

Wonogiri 25,35 persen

Bantul 25,15 persen, dan

Ponorogo 24,96 persen. 

Kota dengan realisasi tertinggi:

Dumai 24,99 persen

Ternate 24,35 persen

Salatiga 23,83 persen

Cimahi 23,59 persen

Banjar 23,48 persen

Padang Panjang 23,34 persen

Banda Aceh 22,80 persen

Serang 22,77 persen

Batam 22,51 persen, dan

Sukabumi 21,98 persen.

10 provinsi dengan realisasi belanja terendah, yakni:

Papua Tengah 4,69 persen

Lampung 5,67 persen

Papua Selatan 5,90 persen

Papua Barat 6,88 persen

Jawa Tengah 6,99 persen

Kalimantan Timur 7,39 persen

Sumatera Selatan 9,59 persen

Papua Barat Daya 9,65 persen

Riau 10,87 persen, dan

Aceh 11,13 persen.

Kabupaten dengan realisasi terendah:

Empat Lawang 1,69 persen

Buton Selatan 1,91 persen

Mamberamo Raya 2,17 persen

Keerom 2,41 persen

Lebong 2,45 persen

Dogiyai 2,51 persen

Lumajang 2,54 persen

Boven Digoel 3,08 persen

Muara Enim 3,35 persen, dan

Aceh Selatan 3,40 persen. 

Kota dengan realisasi terendah:

Subulussalam 3,95 persen

Yogyakarta 6,39 persen

Pematangsiantar 7,91 persen

Samarinda 9,48 persen

Gunungsitoli 10,24 persen

Cirebon 10,71 persen

Tual 11,83 persen

Pagar Alam 12,30 persen

Sungai Penuh 12,57 persen, dan

Tanjung Balai 13,26 persen.

Dukung program MBG

Pada kesempatan itu, Tito juga menyinggung soal peran pemda dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG).  Sebagai bentuk dukungan konkret, Tito menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 500.12/2119/SJ tentang Dukungan Pemerintah Daerah dalam Penyediaan Tanah untuk Pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi. “Tentunya, kami harus dorong, kita dukung Kepala Badan Gizi Nasional agar terjadi percepatan untuk realisasi, artinya program-program beliau harus bisa dipercepat,” imbuhnya.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Hendrar Prihadi, dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengikuti rapat itu secara virtual. Selain para kepala daerah, rapat juga diikuti para pejabat pimpinan tinggi madya di lingkungan Kemendagri.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *