Presiden Prabowo Shalat Idul Fitri 1446H Bersama Ratusan Ribu Jamaah di Istiqlal

Presiden Prabowo Subianto, para manteri, duta besar negara sahabat, dan ratusan ribu warga melaksanakan shalat Idul Fitri 1446H di Masjid Istiqlal Jakarta, Senin 31 Maret 2025 (foto: tangkapan layar)

KabarAktual.id – Presiden Prabowo Subianto bersama sejumlah anggota Kabinet Merah Putih melaksanakan Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1446H di Masjid Istiqlal Jakarta, Senin (31/3/2025). Shalat dipimpin oleh imam Salim Ghazali dan khutbah Idul Fitri disampaikan disampaikan oleh Ahmad Tholabi Kharlie.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyampaikan khutbah dengan tema “Merawat Kemabruran Puasa”.

Menurut pantauan awak media, jamaah sudah memadati area masjid sejak pukul 04.00 WIB. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 150.000 orang. Hal itu terlihat dari setiap lantai dalam masjid yang terisi penuh, selain ribuan jamaah yang menggelar sajadah di area luar masjid pada saat shalat berlangsung.

Tidak hanya area parkir istiqlal, bahkan area parkir Katedral juga nampak penuh dengan kendaraan para jamaah. Shalat Idul Fitri dimulai pukul 07.00 WIB dan selesai pukul 07.45 WIB.

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, masjid Istiqlal menyediakan fasilitas klinik dan tim medis di area bawah untuk mereka yang membutuhkan bantuan kesehatan. Dari aspek keamanan, kata Menag yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut, masjid dilengkapi lebih dari 160 CCTV berbasis biometrik yang mampu mendeteksi wajah hingga jarak 500 meter.

Merawat Kemabruran Puasa

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Tholabi Kharlie, dalam khutbahnya, menyampaikan bahwa puasa Ramadhan tidak hanya membentuk individu yang lebih baik tetapi juga menciptakan tatanan sosial yang lebih maslahat. “Puasa melahirkan pribadi-pribadi yang menghargai proses penempaan serta membentuk kelompok masyarakat dan negara menjadi lebih baik,” ungkapnya.

Tholabi menyoroti pentingnya mempertahankan kedermawanan di bulan Ramadhan yang tercermin dalam zakat, infak, dan sedekah sebagai instrumen afirmatif dalam menegakkan keadilan sosial. “Hal ini terlihat dari amaliah Ramadhan seperti zakat, infak, sedekah, serta praktik kedermawanan lainnya. Sikap kedermawanan menjadi instrumen afirmatif yang berdampak nyata dalam aspek sosial, ekonomi, dan penegakan prinsip keadilan,” katanya.

Dalam konteks kebangsaan, Tholabi menegaskan, keberagaman adalah sunnatullah yang harus diterima dengan semangat persatuan. Kebersamaan selama Ramadan mengajarkan bahwa keberkahan lahir dari persatuan. Al-barokah ma’al jama’ah. “Ini selaras dengan visi pemerintahan kita yang berkomitmen memperkuat harmoni sosial, meningkatkan toleransi antarumat beragama, serta mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera”, imbuhnya.

Tholabi juga menekankan pentingnya membudayakan literasi dan pemahaman ilmu pengetahuan dalam bingkai Tadarrus Al-Quran. “Tadarus bukan hanya membaca teks secara tilawah, tetapi juga mengaktifkan akal untuk memahami ayat-ayat kauniyah dalam fenomena kehidupan. Budaya literasi Ramadan harus dikembangkan di lembaga pendidikan formal dan non-formal untuk menyongsong Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Mengakhiri khutbahnya, Tholabi mengatakan, kemabruran puasa harus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menciptakan ruang publik yang bebas dari korupsi dan menjunjung tinggi integritas. Pribadi yang fitri akan membawa kebaikan bagi lingkungannya, termasuk menciptakan ruang publik yang bebas dari korupsi. “Spirit empati tidak boleh hanya muncul di bulan Ramadhan lalu menghilang setelahnya,” ujar khatib.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *